Disampaikan Dicky, tren kasus konfirmasi Covid-19 masih akan meningkat dalam beberapa waktu ke depan.
"Kita masih akan melihat banyak kasus, dan itu tidak usah kaget," kata dia.
Jika tren peningkatan kasus Covid-19 ini meningkat di daerah yang cakupan vaksinasinya masih rendah, maka risiko kesakitan dan kematian akibat infeksi Covid-19 varian apapun juga akan meningkat.
Ia menegaskan, dengan adanya gelombang ketiga yang didominasi oleh kasus infeksi Omicron, sulit untuk mencegah adanya kasus infeksi yang bahkan akan lebih besar dari kasus infeksi Delta.
"Namun, tentu kabar baiknya, kalau itu menimpa daerah dengan cakupan vaksinasi sudah di atas 70 persen atau 80 persen, tentu dampaknya bagi mayoritas yang sudah divaksinasi akan ringan, atau gejalanya ringan-sedang," kata dia.
Baca juga: Beredar Pesan Berantai Resep Obat Herbal untuk Infeksi Omicron, Benarkah Efektif?
Sebagai informasi, berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 6 Februari 2022, cakupan vaksinasi dosis lengkap di Indonesia belum mencapai 70 persen.
Total vaksinasi dosis 2 baru sebesar 62.96 persen, dan total vaksinasi dosis 2 sudah mencapai 89.65 persen.
"Sampai saat ini belum ada negara yang bisa mengerem laju kasus Omicron ini. Belum ada".
"Dan ini yang saya ingatkan sejak awal Omicron ada, bahwa jika ada satu varian yang begitu efektif menginfeksi, cepat menyebar (seperti Omicron), ini akan berbahaya ya kalau mitigasinya lemah," tegasnya.
Ahli kesehatan juga banyak melaporkan, bahwa sumber infeksi Covid-19 di Indonesia yang mendominasi pada gelombang ketiga saat ini adalah varian Delta dan varian Omicron.
Untuk varian Omicron penularannya disebutkan 4 kali lebih cepat dibandingkan varian Delta. Tapi, sebagian besar pasiennya memiliki gejala yang ringan.
Nah, perkara gejala ringan inilah yang membuat sebagian dari masyarakat menganggap bahwa infeksi Omicron ini tidak berbahaya, karena hanya menimbulkan gejala-gejala mirip dengan masuk angin atau flu.
Baca juga: Bagaimana Cara Menentukan Infeksi Omicron? Ini Penjelasan Kemenkes
Dicky menjelaskan, meskipun benar bahwa gejala ringan infeksi Omicron ini bisa berdampak baik karena tidak membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit, dan cukup di rawat atau isolasi di rumah saja, jangan terlalu senang dan lantas abai dengan proteksi diri.
Ditegaskan Dick, meskipun gejala-gejala infeksi Covid-19 varian Omicron memang banyak yang ringan, kondisi saat ini tetap berbahaya.
"(Kondisi saat ini) Tentu berbahaya," tegasnya.
"Nah, dari jumlah potensi kasusnya (infeksi Omicron) itu bisa empat kali lebih senyap daripada Delta," tambahnya.
Terlebih jika yang terinfeksi adalah orang yang belum pernah divaksin Covid-19, dan memiliki komorbid tidak terkontrol, maka gejala infeksi Omicron akan cenderung berat, bahkan kritis serta menyebabkan kematian.
Di saat bersamaan, jangan lipa, bahwa varian Delta yang bisa mengakibatkan penderitanya memiliki gejala berat di pernapasan, masih ada di sekitar kita saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.