Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Teliti Potensi Porang sebagai Bahan Pangan Sehat Rendah Kalori

Kompas.com - 07/02/2022, 17:02 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan teknologi peralatan sistem untuk mengekstraksi glukomanan atau serat pangan, kemudian menghilangkan asam oksalat pada tanaman porang. Hal ini dilakukan untuk melihat potensi porang sebagai bahan pangan sehat. 

Pasalnya, jenis umbi-umbian ini mengandung zat glukomanan yang bermanfaat bagi metabolisme tubuh.

Hanya saja, asam oksalat di dalamnya harus dihilangkan agar tidak menimbulkan efek samping jika dikonsumsi.

“Asam oksalat jika dikonsumsi menimbulkan rasa gatal serta menimbulkan gangguan pada ginjal jika dikonsumsi dalam jangka panjang," papar Peneliti Pusat Riset dan Teknologi Tepat Guna (PRTTG) BRIN, Achmat Sarifudin dalam keterangan tertulisnya, Minggu (6/2/2022).

"Karena itu, fokus kami adalah bagaimana mendeteksi kandungan asam oksalat pada porang, karena ini menjadi titik kunci bahan pangan porang agar aman untuk dikonsumsi,” lanjutnya.

Bekerja sama dengan Thailand Institute of Scientific and Technological Research (TISTR), BRIN melakukan riset teknologi pengolahan tepung porang dengan metode produksi hijau atau green production method.

Baca juga: Jokowi Yakin Porang Jadi Pangan Masa Depan, Begini Penjelasan Pakar IPB

 

Dijelaskan Achmat, dalam penelitian porang sebagai bahan pangan sehat, tim peneliti menggunakan bahan kimia yang tidak berbahaya atau berbasis air.

"Kami tidak membuang bahan pelarut yang digunakan untuk mengekstrak glukomanan tersebut ke lingkungan, tetapi dengan sistem recovery, sehingga bahan kimia bisa kami gunakan kembali untuk ekstraksi selanjutnya," jelas Achmat. 

Sementara itu, penelitian pengembangan produk dilakukan para peneliti TISTR menggunakan tiga bahan di antaranya porang, daun kelor, dan lidah buaya.

Adapun serangkaian tes yang akan dilakukan ialah karakteristik kimia, fisik, sensorik, kandungan gizi, masa simpan, efek glikemic index, serta respons enzim yang bereaksi terhadap penderita diabetes.

Menurut peneliti, penambahan bahan itu bertujuan untuk melengkapi kandungan gizi, di mana daun kelor telah dikenal sebagai superfood yang kaya akan asam amino esensial, mineral kalsium, ferrum, magnesium, dan zinc, serta antioksidan. Sedangkan lidah buaya mengandung antioksidan tinggi.

Nantinya, kombinasi dari porang dan beberapa bahan baku lainnya dapat menghasilkan produk pangan pokok maupun camilan sehat dengan kandungan glikemik rendah, rendah kalori, tinggi serat, serta mengandung prebiotik.

Baca juga: Mengenal Tanaman Porang, dari Manfaat, Budidaya, hingga Jenis

Seorang petani di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sedang mengolah hasil panen umbi porang.KOMPAS.com/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Seorang petani di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sedang mengolah hasil panen umbi porang.

“Di akhir, kami berharap hasil penelitian ini dapat memproduksi pangan pokok yang sehat seperti mi, beras, dan camilan yang sehat. Produk ini nantinya cocok dikonsumsi untuk program diet sehat dengan rasa yang enak,” ungkap Achmat.

Dia menambahkan bahwa pengembangan teknologi pengolahan porang sampai teknologi produk turunannya secara keseluruhan dapat selesai di tahun 2024 mendatang.

“Saat ini skala penelitian masih skala lab. Target terdekat kami, di tahun 2022, kami mengembangkan teknologi pengolahan tepung porang sampai skala pilot (pilot plant),” ucapnya.

Porang bahan pangan untuk penderita penyakit degeneratif

Sebelumnya, porang ramai setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa umbi ini adalah bahan pangan baru bagi Indonesia.

Selain itu, porang juga disinyalir dapat menjadi bahan pangan pokok yang tidak mengandung karbohidrat tinggi, sehingga baik untuk orang berusia 40 tahun atau lebih yang rentan terhadap penyakit degeneratif, seperti obesitas, diabetes melitus, hingga kanker.

Baca juga: Kenapa Harga Tanaman Porang Mahal? Ini 6 Alasannya Menurut Pakar IPB

 

Misalnya, kata Achmat, dalam satu bungkus mi shirataki 76 hingga 84 gram bahan bakunya bisa menggunakan tepung porang 3 sampai 5 persen.

Tepung porang ini mengandung zat glukomanan yang menyerap air sampai 10 kali lipat, membuat perut kenyang lebih lama.

“Jadi semakin lama tepung semakin mengembang, itu yang membuat kenyang. Sehingga mengonsumsi bahan pangan porang, dapat kenyangnya, dengan karbohidrat yang rendah,” imbuhnya.

Bagi mereka yang berusia 40 tahun ke atas, mengurangi makanan dengan kadar gula tinggi sangat dianjurkan. Artinya, produk turunan dari porang seperti mi, beras, dan camilan ringan dapat membantu untuk membatasi asupan makanan tinggi gula.

“Kami melihat ini bukan hanya pangsa pasar ekspor semata. Tetapi juga bagus untuk kesehatan. Kita jangan sampai mengekspor, sementara bangsa kita sendiri tidak merasakan manfaatnya. Maka kita mendorong dan memopulerkan produk olahan makanan dari porang,” tutur Achmat sambil menjelaskan manfaat porang.

Selain bekerja sama dengan tim dari TISTR, PRTTG BRIN pun berkolaborasi dengan kelompok tani Subang serta perusahaan lokal di bidang agroindustri, untuk mengembangkan teknologi pengolahan porang.

Baca juga: Sejarah Porang, Bermula dari Temuan Jepang saat Menjajah Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com