Sementara itu, American Society for Reproductive Medicine (ASRM) memperkirakan, sebanyak 2 sampai 12 persen sel telur beku yang berkembang menjadi kehamilan berasal wanita di bawah usia 38 tahun.
Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan dari egg freezing di antaranya:
Baca juga: Ketahui Penyebab Berkurangnya Cadangan Sel Telur pada Wanita
Bukan tidak mungkin jika metode egg freezing bisa menimbulkan risiko kesehatan. Beberapa risiko egg freezing antara lain:
Walaupun jarang terjadi, penggunaan obat kesuburan suntik yang seperti hormon perangsang folikel sintetis atau hormon luteinizing untuk menginduksi ovulasi bisa menyebabkan pembengkakan ovarium.
Pada kondisi ini, ovarium akan terasa sakit setelah proses pengambilan sel telur. Adapun gejalanya termasuk sakit perut, kembung, mual, muntah dan diare.
Kondisi ini juga sangat jarang terjadi. Namun, penggunaan jarum aspirasi untuk mengambil sel telur dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi atau kerusakan pada usus, kandung kemih maupun pembuluh darah.
Pembekuan sel telur sangat memberikan harapan, tetapi terkadang bisa gagal. Pasalnya, ketika menggunakan telur beku untuk menghasilkan keturunan, risiko keguguran bisa terjadi dikarenakan faktor usia saat sel telur dibekukan.
Hingga saat ini, belum ada studi yang menunjukkan meningkatnya risiko cacat lahir pada bayi yang lahir dari proses pembekuan sel telur. Kendati demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan tentang keamanan metode ini.
Baca juga: Pakai Sinyal Kimia, Begini Cara Sel Telur Pilih Sperma Terbaik Pria
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.