Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Mitigasi Bencana di Tengah Pandemi Covid-19 Harus Ditingkatkan

Kompas.com - 10/12/2021, 17:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Sejak pertengahan November hingga hari ini, kita mendengar banyak wilayah diterjang banjir karena tingginya curah hujan disertai angin kencang. Sebut saja seperti banjir rob yang dialami masyarakat Manado, Kepulauan Riau, Lombok, Bali, dan juga di Jawa yang membuat warga mengungsi.

Selain bencana banjir, pada Sabtu (4/12/2021) sore Semeru juga erupsi dan menyebabkan banyak masyarakat sekitar Semeru harus mengungsi.

Namun di lapangan, pengungsian di tengah pandemi masih jauh dari layak dan dibangun seadanya dalam kondisi yang terbatas.

Baca juga: Gunung Semeru Erupsi saat Pandemi, Ini yang Harus Dilakukan Pertama

Perlunya pemetaan risiko dan daerah rawan bencana

Pakar Epidemiologi dari Griffith University di Australia Dicky Budiman mengatakan, berkumpulnya banyak orang di tempat pengungsian akibat bencana di saat pandemi Covid-19 akan memperburuk risiko penyebaran virus.

"Ini karena pandemi masih terjadi dan serius, dan belum bisa dikendalikan. Masyarakatnya belum pada taraf terproteksi imunitas dengan vaksinasi penuh dan memadai. Artinya penanganan kondisi pengungsi harus bisa memastikan ada mapping (pemetaan) risiko bencana," ujar Dicky Budiman kepada DW Indonesia.

Ia menjelaskan dengan adanya pemetaan risiko bencana, pemerintah bisa mengidentifikasi daerah-daerah rawan bencana dan mengantisipasinya dengan cakupan vaksin yang lebih luas untuk daerah tersebut.

"Sehingga daerah dengan tradisi longsor, banjir dan gempa bumi bisa lebih diutamakan untuk akses vaksin. Setidaknya 80 persen warga di daerah bencana harus sudah divaksin. Jangan hanya lansia, tapi juga golongan muda, petugas, dan warga setempat," kata dia.
Perhatian ekstra terhadap lokasi pengungsian

Selain itu, fasilitas tempat pengungsian juga harus diperhatikan dengan memilih lokasi yang cukup ventilasi, dan ruangan yang luas.

Perlu juga pemberian sekat per keluarga baik dari kain, triplek, gabus, atau kardus.

Dicky menambahkan bahwa kipas angin juga perlu disediakan di ujung ruangan dan hindari pemakaian alat makan atau pakaian bersama.

"Kalau bentuknya tenda, berarti harus lebih banyak tendanya supaya orang juga tidak berkumpul. Kemudian juga menyiapkan kebutuhan masker lebih banyak terutama di tempat pengungsian yang padat. Kalau ternyata, mereka ada di tempat rawan tapi jangkauan masih rendah ada dua opsi apakah mereka mengungsi ke luar atau dilakukan testing dan tracing secara teratur," ujar Dicky.

Baca juga: Waspadai 7 Penyakit yang Sering Muncul Saat Banjir

Dengan pemetaan risiko bersama, ujar dia, lokasi pengungsian dan apa saja yang dibutuhkan bisa ditentukan sebelumnya.

"Misalnya GOR tidak dibutuhkan waktu lama untuk menyiapkan tempat layak untuk pengungsi, kurang dari 24 jam. Respons cepat tepat harus disiapkan. Ini bagian dari mitigasi, menyiapkan ini bukan hanya orangnya saja tapi juga makanan, suplai logistik, harus ada koordinasi antarsektor. Tantangan terbesar pandemi ini adalah SDM, dana, dan alat," menurutnya.
"Jika tidak bisa jaga jarak, jangan lepas masker"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com