Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama Kali, Orangutan Tertangkap Kamera Membunuh dan Memakan Kukang

Kompas.com - 27/11/2021, 11:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Lalu bagaimana kukang itu bisa berada di tanah, karena hewan tersebut adalah hewan arboreal yang hidup di pohon. Peneliti menyebut jika ada kemungkinan Molong menjatuhkan kukang itu dari pohon.

Kukang pun tak berdaya saat Molong memegangi kakinya, mengigit tengkuk, dan kemudian membunuhnya. Setelah mati, Molong meraihnya dengan kedua tangan dan menyelipkannya.

Suara Molong rupanya menarik perhatian orangutan betina Kerry bersama anaknya. Mereka tampak meminta potongan tubuh kukang. Namun Molong enggan berbagi dan memilih untuk melahap sendiri kukang tersebut.

Membunuh kukang sebenarnya sangat berisiko, bahkan untuk orangutan yang bertubuh besar. Ini lantaran kukang memiliki racun yang kuat.

Racun tersebut dikeluarkan dari kelenjar di siku mereka yang digosokkan pada gigi sebelum menggigit calon pemangsa. Racun itu cukup kuat untuk membuat manusia mengalami syok anafilaksis dan tentu saja tak menyenangkan pula juga menimpa primata lain.

Baca juga: Berumur 61 Tahun, Orangutan Tertua di Dunia Disuntik Mati

 

Ini mungkin bisa menjelaskan mengapa Molong menangani kukang dengan sangat hati-hati sampai mati.

Termasuk juga metode yang digunakan untuk mengejar kukang dengan melompat ke pohon berulang kali dan membawa kukang di dahan yang patah daripada dengan tangannya.

Apa yang dilakukan Molong adalah salah satu dari dua pengamatan orangutan yang memakan vertebrata selama periode penelitian. Orangutan pada pengamatan kedua memilih menyerang sarang tikus.

Mengingat hanya ditemukan dua pengamatan saja selama penelitian, tampaknya orangutan yang memakan vertebrata cukup jarang. Akan tetapi bisa jadi juga lebih sering namun terlewatkan karena kurangnya peneliti di lapangan.

"Ini adalah kejadian pertama orangutan liar di Kalimantan yang memangsa kukang. Meski peristiwa ini langka dan kemungkinan besar bersifat oportunistik, penelitian jangka panjang diperlukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perilaku itu," tulis peneliti dalam studi mereka.

Baca juga: Populasi Orangutan Indonesia Kritis, Bagaimana Melindunginya di Alam?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com