Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Gizi: Efek Sering Minum Minuman Manis, Kegemukan hingga Kulit Keriput

Kompas.com - 04/08/2021, 21:00 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Bagi para pencinta minuman manis, deretan minuman manis, seperti segelas teh boba, segelas kopi susu, atau sebotol minuman bersoda mungkin bukan hanya melegakan dahaga, tapi juga menambah semangat.

Namun, tahukah Anda, kenikmatan yang didapat dari minuman manis tersebut, bukan hal baik untuk kesehatan tubuh.

Minuman manis adalah sumber utama gula tambahan, yang mana, jika sering mengonsumsi minuman manis dikaitkan dengan risiko berbagai penyakit, seperti obesitas, kerusakan gigi, diabetes tipe 2, penyakit ginjal, penyakit jantung, dan sebagainya.

Baca juga: Racun di Balik Minuman Hits Boba Tea, dari Sembelit hingga Jantung

Ahli gizi masyarakat, DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum mengatakan, orang-orang seringkali menganggap minuman-minuman manis aman dikonsumsi, padahal masalahnya minuman manis tidak membunuh seketika. Belum lagi, sifatnya yang addiktif.

“Gula itu addiktif. Sehingga, tanpa disadari jumlah konsumsi gula semakin hari cenderung akan semakin naik, sejalan dengan toleransi rasa manis,” kata dr Tan kepada Kompas.com, Rabu (4/8/2021).

“Yang tadinya hanya 1 sendok teh, nanti tau-tau meningkat 1 sendok makan. Selain itu, ada efek withdrawal syndrome juga ya, artinya jika lepas dari gula, akan menimbulkan rasa gelisah, sakit kepala, atau merasa ada yang kurang,” lanjutnya.

Menurut dr Tan, kebiasaan konsumsi minuman manis akan menyebabkan lingkaran sesat yang merugikan.

Diawali dari mengonsumsi makanan tinggi kalori, tinggi gula, dan rendah serat yang akan cepat dicerna menjadi gula, kemudian menyebabkan stimulasi dopamine berlebihan, yang selanjutnya menyebabkan rasa cepat lapar dan ingin makan lagi.

Efeknya jangka panjang akan menyebabkan kegemukan, risiko kanker semakin tinggi, penyakit jantung pembuluh darah, infeksi, gangguan cerna, hingga perpendekan telomere.

Selain itu, terlalu banyak minum minuman manis juga menyebabkan orang cenderung malas bergerak, gangguan suasana hati, dan gangguan hormonal. Jika kondisi ini dibiarkan, maka akan kembali ke siklus awal lagi, yaitu mengonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi gula.

“Asupan gula tinggi membuat insulin ikut melonjak, kemudian otak memberi perintah untuk menekan gula. Nah saat gula anjlok turun, orang akan merasa ngantuk, karena otak sangat sensitif dengan menurunnya gula,” tutur dr Tan.

“Tapi, sekaligus dalam waktu singkat akan muncul rasa lapar lagi. Ini karena gula simpleks lekas hilang dari darah. Selain itu, stimulasi dopamine juga jadi berlebihan, sehingga mudah gelisah,” imbuhnya.

Baca juga: Tak Cuma Garam, Minuman Manis Juga Terbukti Picu Risiko Kematian Dini

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi

Efek buruk minuman manis

Lebih lanjut dr Tan mengungkap, empat efek buruk yang harus diwaspadai, akibat terlalu sering mengonsumsi minuman manis.

1. Lonjakan insulin.

Dr Tan menekankan, bahwa kelebihan gula dalam tubuh pasti berisiko menyebabkan lonjakan insulin dengan risiko jangka panjang resisten insulin.

“Jangka panjang pada setiap orang berbeda ya, pada satu orang bisa sebulan, sementara pada orang lainnya bisa setahun atau lebih.”

Baca juga: Menurut Riset, Pajak Minuman Manis Baik untuk Kesehatan Orang Indonesia

2. Kegemukan

Asupan kalori berlebih tentu akan menyebabkan kegemukan. Jika tak segera disadari dan tak melakukan perubahan, bukan tak mungkin menjadi obesitas.

3. AGEs

“AGEs atau advanced glycation endproducts, yaitu ketika senyawa ikatan gula dengan protein sel mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah hingga menyebabkan kulit keriput,” jelas dr Tan.

4. Peradangan

Mengonsumsi minuman manis juga menyebabkan peradangan dan meningkatkan risiko penyakit autoimun yang tidak disadari.

“Ini karena gula menekan efektivitas sel-sel darah putih, menekan bakteri baik usus, dan mendorong terbentuknya sel radang C reactive protein,” katanya.

Dr Tan menyebutkan, cara aman mengonsumsi gula adalah dengan memilih dari sumber aslinya, seperti beras, umbi, jagung, sagu, sayur, dan buah.

Sebisa mungkin tidak menambah asupan gula dari olahan pabrik, termasuk gula pasir dan pemanis buatan, serta makanan kemasan bergula tinggi.

Selain itu, waspadai gula tersembunyi dalam produk kemasan. Sehingga, sangat penting untuk memahami label nutrisi pada makanan kemasan sebelum membelinya.

“Untuk menghentikan kebiasaan minum minuman manis, ya langsung hentikan saja. Orang-orang yang mengurangi pelan-pelan, engak akan benar-benar berhenti,” pungkasnya.

Baca juga: Daftar Makanan Tinggi Gula dan Garam yang Harus Dibatasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com