Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Ungkap Gejala Brain Fog pada Long Covid Bisa Menurunkan IQ

Kompas.com - 03/08/2021, 13:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Sumber WebMD

KOMPAS.com - Sebuah studi baru di Inggris melaporkan, infeksi Covid-19 kemungkinan memiliki efek negative yang substansial pada kecerdasan.

Hal itu berdasarkan temuan yang konsisten terkait unculnya brain fog atau abut otak, sebagai gejala long Covid.

Para peneliti menganalisis data dari 81.337 orang yang mengikuti Great British Intelligence Test pada tahun 2020.

Dari data tersebut, sekitar 13.000 melaporkan, bahwa mereka telah terinfeksi Covid-19, dan 275 di antaranya telah menyelesaikan tes sebelum dan sesudah infeksi.

Baca juga: Efek Covid-19 pada Otak, Volume Materi Abu-abu Menurun

Menurut para peneliti, mereka yang sebelumnya terinfeksi virus corona, merasa lebih sulit untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan penalaran, pemecahan masalah, dan perencanaan tata ruang.

Para peneliti juga mengontrol usia, pendidikan, dan suasana hati secara keseluruhan.

"Hasil ini sesuai dengan laporan gejala long Covid, di mana brain fog atau kabut otak, kesulitan berkonsentrasi, dan kesulitan menemukan kata-kata yang benar adalah hal yang biasa," tulis para peneliti.

"Pemulihan dari infeksi Covid-19 dapat dikaitkan dengan masalah yang sangat menonjol dalam aspek fungsi kognitif atau 'eksekutif' yang lebih tinggi."

Rentang memori kerja dan pemrosesan emosional tampaknya tidak terpengaruh.

Melansir WebMD, seberapa buruk penurunan kognitif tampaknya berkaitan dengan seberapa serius infeksi Covid-19 yang menyerangnya.

Para peneliti mengatakan, orang-orang yang menjalani perawatan dengan ventilator saat Covid-19, menunjukkan efek yang paling substansial. Rata-rata, skor IQ (Intelligence Quotients) mereka turun 7 poin.

Namun demikian, menurut peneliti, skala defisit yang diamati tidak substansial. Tetapi mereka mengatakan, pencitraan otak diperlukan sebelum kesimpulan tegas dapat ditarik.

Para peneliti menekankan pentingnya berhati-hati dalam menyimpulkan dasar neurobiologis atau psikologis dari defisit yang diamati tanpa data pencitraan otak.

Meskipun, tugas penilaian yang digunakan di sini telah ditunjukkan untuk memetakan ke jaringan yang berbeda di dalam otak manusia, dalam hal aktivitas fungsional normal dan konektivitas sebagai serta kerusakan jaringan struktural.

Baca juga: Studi Baru: Pernah Terinfeksi Covid-19 Sekalipun Bergejala Ringan, Berisiko Kehilangan Jaringan Otak

ilustrasi ventilatorshutterstock ilustrasi ventilator

Para peneliti berspekulasi, bahwa demam tinggi dan masalah pernapasan adalah dua hal yang kemungkinan berkontribusi pada penurunan kognitif.

Tetapi gejala-gejala itu telah lama hilang bagi kebanyakan orang dalam penelitian ini – para penulis penelitian mencatat hanya 4,8% dari partisipan yang melaporkan adanya gejala yang menetap.

Studi ini memberikan wawasan tentang satu bagian dari pasca-Covid-19, suatu kondisi yang telah dilacak dengan cermat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Menurut CDC, long Covid dapat mencakup berbagai gejala yang bertahan beberapa bulan setelah dinyatakan sembuh dari infeksi Covid-19, termasuk sesak napas, sakit kepala, nyeri sendi atau otot, pusing, dan sulit berpikir atau berkonsentrasi - atau yang dikenal sebagai brain fog atau kabut otak.

Baca juga: Risiko Orang yang Tak Divaksin Covid-19, Salah Satunya Long Covid

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com