Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Open Science dan Runtuhnya Feodalisme

Kompas.com - 30/07/2021, 13:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

LIPI/BRIN juga melakukan demokratisasi infrastruktur riset berupa layanan dan kerja sama terbuka dalam memanfaat infrastruktur riset seperti laboratorium (indoor dan outdoor), bengkel, ruang kerja (working space), dan lain-lain bahkan kapal riset boleh dipakai oleh siapa saja selama untuk kepentingan riset.

Layanan-layanan tersebut selain untuk demokratisasi sains di lembaga riset juga dalam rangka meningkatkan kapasitas para peneliti melalui kompetisi terbuka supaya tidak menjadi “jago kandang” yang dimanja oleh negara.

Sekarang ini, untuk menjadi saintis atau innovator, bisa digapai oleh siapa saja bukan lagi monopoli individu yang bekerja di lembaga riset.

Begitupun yang terjadi di perguruan tinggi, semakin luasnya keterbukaan akses pada sumber data, informasi, dan pengetahuan, menjadikan banyak perguruan tinggi hanya sekadar “pabrik ijazah.”

Sebagian besar mahasiswa hormat atau segan kepada dosen bukan karena kapasitas, akan tetapi karena jabatannya yang memiliki hak dan otoritas administratif penentu nilai akademik.

Hari ini untuk belajar tinggal membuka berbagai macam media komunikasi yang menyediakan materi yang diperlukan, dengan sajian bermutu dan menarik jauh berbeda dengan pembelajaran di dalam kelas—kalau tidak demikian tidak akan ada yang mau membuka channel atau mengunjungi situs/blognya.

Baca juga: Menakar Aset Kekayaan Hayati Mikroorganisme

Masa pandemik adalah sebuah pembuktian, bahwa untuk mencari ilmu pengetahuan tidak memerlukan lagi sekolah dan perguruan tinggi.

Hanya tinggal membuka gadegate maka hamparan ilmu pengetahuan terpampang di depan mata dengan memilih sendiri guru dan dosen yang kompeten dan menyenangkan.

Para mahasiswa tidak akan lagi buang-buang biaya dan waktu untuk datang ke universitas karena menurut Bill Gates, yang kuliahnya di universitas top dunia—Harvard University, “Masa satu tahun di universitas hanya digunakan untuk tidur dan bermain games, kemudian belajar selama dua minggu, setelah itu lulus dalam ujian.”

Sehingga dia drop-out, karena merasa hanya buang-buang waktu. Pendapat Gates diamini oleh Steve Jobs dengan mengatakan, “Setelah enam bulan, saya tidak dapat melihat apa gunanya. Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan dalam hidup dan tidak mengerti bagaimana kuliah dapat membantu saya mengetahuinya.” (Gallo, 2009)

Belajar dari hal tersebut, jika tidak segera melakukan revolusi mental dan pergeseran paradigma, maka keruntuhan feodalisme saintis dan akademisi tinggal menghitung hari.

Hendro Subagyo dan Suherman
Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah – LIPI/BRIN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com