Oleh: Widjajanti M Santoso
Sinetron Suara Hati Istri menghebohkan publik dengan cerita laki-laki berpoligami dengan beberapa perempuan, di antaranya adalah anak dibawah umur.
Sinetron ini menghasilkan beragam reaksi, dari gerakan perempuan (katakahlah demikian) mengkritik sinetron tersebut, karena jelas-jelas menerima padofilia sebagai sebuah kebenaran atau menerimanya sebagai kenormalan.
Reaksi lain menyatakan, bahwa itu cuma sekedar cerita, untuk menghabiskan waktu. Di mana letak permasalahannya?
Soap opera atau opera sabun, adalah kata lain untuk menggambarkan peniruan cerita dan terutama ditonton oleh para perempuan (dan anak), karena menjadi tontonan di ruang domestik.
Sejarahnya memperlihatkan, bahwa iklan yang digunakan untuk mengisi acara tersebut adalah iklan barang-barang rumah tangga, yang menghasilkan penamaan seperti itu.
Dengan berkembangnya teknologi pembuatan film yang lebih murah, maka menghasilkan penamaan sinetron.
Cerita di opera sabun dapat dibagi atas dua pembagian besar, yang pertama adalah sinetron dengan tayangan yang terus menerus dengan sekuel atau pembabakan yang berkembang tiada henti.
Bentuk yang kedua adalah sinetron dengan jumlah episode yang terbatas, yang cenderung memiliki makna atau ideologi yang dianggap lebih jelas dibandingkan dengan episode yang panjang, yang seringkali ceritanya terlihat mengada-ada.
Opera sabun yang panjang pernah terkenal seperti Dallas, yang becerita tentang orang kaya, perempuan cantik, seks, dan hubungan manusia yang rumit dan tentu saja balas dendam.
Opera sabun menjadi salah satu fokus dari kajian gender, karena konstruksi feminitas yang submisif, penuh penindasan dan kekerasan.
Akan tetapi di lain pihak, ada yang menggunakannya justru untuk testing the water tentang isu-isu yang sensitif, yang justru menghadirkan pemaknaan baru.
Ciri seperti ini, dianggap merupakan perkembangan moderen dari opera sabun.
Mereka yang bergerak dibidang ini mencoba menciptakan masyarakat yang lebih baik, masyarakat yang bisa berdialog, menerima perbedaan, laki-laki yang peduli dan menghargai perempuan, selain itu juga menggambarkan bagaimana menerima kejatuhan, kegagalan, serta dicampakkan.
Dalam konteks seperti ini, opera sabun merupakan alat untuk ‘mendidik’ masyarakat, mencoba berdialog dengan situasi sosial yang menekan dan bersikap terhadap keputusasaan.
Bahasa lainnya adalah subversi, yaitu melakukan upaya mempertanyakan nilai dominan, misalnya dengan mengangkat posisi perempuan sebagai agensi.
Posisinya mensubversi, mengilik-ngilik, mempertanyakan nilai dominan, dan berusaha menunjukkan narasi, pemaknaan baru.
Baca juga: Sinetron Ikatan Cinta, Kenapa Kita Menangis Bersama Andin? Sains Jelaskan