Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Sinetron Indonesia, Degradasi atau Terkubur dalam Lumpur?

Kompas.com - 09/06/2021, 16:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Widjajanti M Santoso

Sinetron Suara Hati Istri menghebohkan publik dengan cerita laki-laki berpoligami dengan beberapa perempuan, di antaranya adalah anak dibawah umur.

Sinetron ini menghasilkan beragam reaksi, dari gerakan perempuan (katakahlah demikian) mengkritik sinetron tersebut, karena jelas-jelas menerima padofilia sebagai sebuah kebenaran atau menerimanya sebagai kenormalan.

Reaksi lain menyatakan, bahwa itu cuma sekedar cerita, untuk menghabiskan waktu. Di mana letak permasalahannya?

Baca juga: Sinetron Suara Hati Istri Dikecam, Pelibatan Anak Pemeran Zahra hingga Promosi Perkawinan Jadi Sorotan

Soap opera atau opera sabun, adalah kata lain untuk menggambarkan peniruan cerita dan terutama ditonton oleh para perempuan (dan anak), karena menjadi tontonan di ruang domestik.

Sejarahnya memperlihatkan, bahwa iklan yang digunakan untuk mengisi acara tersebut adalah iklan barang-barang rumah tangga, yang menghasilkan penamaan seperti itu.

Dengan berkembangnya teknologi pembuatan film yang lebih murah, maka menghasilkan penamaan sinetron.

Cerita di opera sabun dapat dibagi atas dua pembagian besar, yang pertama adalah sinetron dengan tayangan yang terus menerus dengan sekuel atau pembabakan yang berkembang tiada henti.

Bentuk yang kedua adalah sinetron dengan jumlah episode yang terbatas, yang cenderung memiliki makna atau ideologi yang dianggap lebih jelas dibandingkan dengan episode yang panjang, yang seringkali ceritanya terlihat mengada-ada.

Opera sabun yang panjang pernah terkenal seperti Dallas, yang becerita tentang orang kaya, perempuan cantik, seks, dan hubungan manusia yang rumit dan tentu saja balas dendam.

Opera sabun menjadi salah satu fokus dari kajian gender, karena konstruksi feminitas yang submisif, penuh penindasan dan kekerasan.

Akan tetapi di lain pihak, ada yang menggunakannya justru untuk testing the water tentang isu-isu yang sensitif, yang justru menghadirkan pemaknaan baru.

Ciri seperti ini, dianggap merupakan perkembangan moderen dari opera sabun.

Mereka yang bergerak dibidang ini mencoba menciptakan masyarakat yang lebih baik, masyarakat yang bisa berdialog, menerima perbedaan, laki-laki yang peduli dan menghargai perempuan, selain itu juga menggambarkan bagaimana menerima kejatuhan, kegagalan, serta dicampakkan.

Dalam konteks seperti ini, opera sabun merupakan alat untuk ‘mendidik’ masyarakat, mencoba berdialog dengan situasi sosial yang menekan dan bersikap terhadap keputusasaan.

Bahasa lainnya adalah subversi, yaitu melakukan upaya mempertanyakan nilai dominan, misalnya dengan mengangkat posisi perempuan sebagai agensi.

Posisinya mensubversi, mengilik-ngilik, mempertanyakan nilai dominan, dan berusaha menunjukkan narasi, pemaknaan baru.

Baca juga: Sinetron Ikatan Cinta, Kenapa Kita Menangis Bersama Andin? Sains Jelaskan

 

Sinetron Indonesia Degradasi atau Terkubur dalam Lumpur

Pada tahun 2004, peristiwa serupa terjadi melalui sinetron dengan judul Buruan Cium Gue, atau sinetron Bunglon yang akhirnya dihentikan tayangannya.

Kali ini hal serupa juga terjadi, di mana penggalangan isu untuk menghentikan tayangan tersebut.

Hal utama yang mengemuka di dalam cerita tersebut adalah gambaran, bahwa masalah perempuan diambil mentah-mentah.

Tidak mempedulikan serangkaian kajian, perdebatan di ruang publik, tidak dianggap sebagai masalah, bahkan dijadikan parodi.

Asumsi ini diangkat karena cerita yang tiada habis mengekspose keterpurukkan perempuan, tanpa memposisikan dirinya sebagai agen, hanyalah upaya reproduksi pandangan patriarkis.

Narasi seperti itu menggambarkan posisi reproduksi nilai patriarkis, bahkan merayakannya sebagai sebuah kenormalan.

Ketika di masyarakat terdapat upaya untuk menangkis perkawinan anak, berhasil menggolkan umur anak yang lebih manusiawi, paradoksnya narasi publik bahkan menormalkan hal tersebut. Sehingga layaklah seseorang bertanya, apakah hal tersebut merupakan sesuatu yang biasa saja?

Dalam cerita sinetron, beberapa gambaran yang dikritisi sudah dilakukan, seperti perempuan digambarkan cengeng, tindakan yang mengarah kepada kekerasan dan tindakan kriminal.

Kritik tersebut juga menunjukkan konstruksi yang tidak sehat bagi generasi muda. Salah satu upaya yang bisa dilakukan, adalah dengan belajar dari perkembangan Drakor (drama Korea).

Selain itu juga kebutuhan untuk membuat narasi yang sehat, yang mengikuti perkembangan masyarakat modern, yang menjawab tantangan kehidupan yang cenderung menjadi kompleks dan rumit, seperti yang dilakukan oleh lagu-lagu almarhum Didi Kempot.

Salah satu yang menjadikan lagu-lagunya disukai, selain langgam yang menarik, adalah isi yang menerima kekalahan, keluar dari himpitan beban sosial, pekerjaan dan lainnya.

Narasi latenatif seperti ini dibutuhkan masyarakat, karena budaya popular memiliki peran positif di dalam masyarakat.

Baca juga: Sinetron Ikatan Cinta Bikin Sedih, Ini 3 Manfaat Menontonnya Menurut Sains

Ilustrasi Subversi yang Mendunia

Tanpa melakukan tekanan yang lebih jauh kepada produser, pembuat cerita dan skenario, casting dan proses produksi lainnya, kita bisa belajar dari Drama Korea.

Sebagai contohnya adalah Mr Queen, drama menarik yang bercerita tentang koki sombong yang mengalami mati suri, jiwanya masuk ke dalam tubuh seorang perempuan, yang mana merupakan seorang ratu pada masa kerajaan.

Dalam serial ini, kesurupan digambarkan sebagai sebuah proses dinamis, romantik dan bahkan merekonstruksi situasi genting yang terjadi pada masa lalu.

Bahkan penamaannya sebagai Mr Queen menunjukkan, keutamaan yang diasumsikan diangkat oleh pembuatnya.

Drag Queen adalah penamaan untuk wanita-pria, sehingga Mr Queen menggambarkan tarik menarik antara jiwa perempuan yang ada di dalam tubuh perempuan, dan jiwa laki-laki yang merasukinya.

Kedua jiwa tersebut, digambarkan secara postif saling tarik-menarik, karena sikap yang ditunjukkan memperlihatkan cara laki-laki di dalam menyelesaikan masalah, dan kemudian jiwa perempuan sedikit demi sedikit mengatasi jiwa sang laki-laki.

Dari sisi yang lebih luas, Mr Queen menunjukkan nasionalisme Korea, di mana raja memerintah dengan upaya menghadirkan kesejahteraan dan sikap demokrasi bagi masyarakatnya.

Di dalam proses tersebut, trik untuk menjatuhkan raja dan melakukan kudeta diperlihatkan sebagai tindakan yang curang dan nista, karena memperjuangkan sesuatu perlu melihat adab dan dasar berpikir bahwa kudeta bukanlah cara penyelesaian masalah yang baik.

Dalam cerita yang menarik, sang ratu menterjemahkan street food Korea sebagai makanan gourmet, yang berkembang di istana.

Bahkan beberapa komentar di media sosial mengatakan, bahwa mereka baru mengetahui bahwa Mc Donald alias ayam goreng berasal dari Korea.

Tanpa terasa menggurui, narasi dari Mr Queen mendudukan, bahwa seseorang bisa mengatasi kelemahannya, walau dengan bantuan orang lain.

Raja yang dipersepsikan sebagai raja yang tidak mampu, bisa bangkit, dan melakukan perbaikan, tentu saja ini menjadi bagian dari cerita yang menarik.

Mr Queen juga menarik, karena bisa menggunakan figure raja dengan gambaran yang awalnya tidak menarik, bahkan digambarkan raja yang bisa disetir oleh ibu suri dan para menterinya.

Bagaimana sang raja come back, adalah interpretasi moderen tentang upaya untuk mengatasi dan menghadapi kesulitan atau hambatan yang ada. Tentu saja perempuan ada di belakang keberhasilan ini.

Baca juga: Sains Talk: Membedah Dampak Psikologis The World of the Married

 

Beberapa Pertanyaan

Pertanyaan merupakan input untuk memperbaiki sinetron kita, karena beberapa sinetron kita menjadi tontonan di Malaysia, misalnya.

Artinya, sinetron memiliki kesempatan di dalam pengembangan produk kreatif. Syaratnya adalah, naskah cerita yang bermutu.

Bercermin pada kesuksesan drama Korea, dapatkah kita belajar dari pengalaman tersebut? Keberhasilan tersebut tidak hanya mendatangkan pendapatan yang besar bagi Negara tersebut, dia juga menjadi bagian dari diplomasi di dunia.

Perkembangan drama Korea, bahkan bisa menepis keberhasilan drama seri dari Amerika maupun dari Amerika Latin.

Diseminasi drama Korea melalui media sosial bahkan memperluas akses hiburan pada pirsawan global. Bahkan, termasuk di Indonesia, drama Korea memiliki banyak penyuka.

Pertanyaan lanjutannya menunjukkan masalah yang lebih dalam, seperti pertanyaan tentang isu-isu dalam negeri yang berkaitan dengan perempuan dan isu yang serupa di dunia global.

Seakan memperlihatkan sikap terhadap masalah perempuan yang dianggap sebagai guyonan dan tidak dilihat sebagai masalah yang serius.

Apakah kita bisa keluar dengan cerita yang tidak semata mereproduksi nilai patriarkis yang tidak sehat?

Bagaimanapun, cerita bukan sekedar narasi, karena menunjukkan ideologi dan pemikiran tentang masyarakat yang kita hadapi masa kini.

Poligami, sudah ditetapkan sebagai masalah sejak Konferensi Perempuan I pada tahun 1928, dan kini paradoksnya adalah mengangkat hal tersebut sebagai hal yang normal. Apakah ini kegagalan isu perempuankah?

Bisakah kita berubah, melihat sinetron bukan sekedar tayangan kejar tayang? Pertanyaan mendasar dan sangat menantang, bisakah mensubversi nilai dominan?

Dr. Widjajanti M Santoso M.Litt.
Peneliti Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com