Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Open Science dan Runtuhnya Feodalisme

Kompas.com - 30/07/2021, 13:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dunia informasi mengalami perubahan besar baik dalam jumlah maupun bentuknya. Saluran media terkoneksi dengan mudah kepada berbagai pusat dan sumber data, informasi, dan pengetahuan.

Kini sains telah memasuki paradigma keempat, yaitu lebih komputasional, lebih intensif menggunakan data, dan lebih kolaboratif.

Saking kolaboratifnya sampai ada sebuah peristiwa yang menggelitik, dalam jurnal Physical Review Letters No. 114, 15 Mei 2015 dimuat artikel dengan judul “Combined Measurement of the Higgs Boson Mass in….”.

Artikel tersebut ditulis oleh dua tim yang terdiri dari 5.154 pengarang. Jumlah halaman artikel tersebut 33 halaman, di mana 24 halaman hanya memuat daftar pengarang.

Artikel ini terkenal bukan karena substansinya, akan tetapi karena jumlah pengarangnya yang fantastis.

Baca juga: Penegakan Kedaulatan Bangsa Indonesia sebagai Pemilik Sumber Daya Genetik

Open science membuka lebar partisipasi publik dalam pembangunan sains, tidak dibatasi oleh institusi dan otoritas.

Semua merdeka untuk berekspresi dan berprestasi, yang membatasi hanyalah etika dan norma yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Open science juga menciptakan sikap egalitarian yang mengajarkan bahwa di hadapan sains semua manusia sama, derajat manusia ditentukan oleh kapasitas keilmuannya bukan oleh identitasnya.

Konsekuensi dari open science adalah terdegradasinya wibawa universitas dan lembaga penelitian yang sering kali terbelenggu oleh birokrasi dan administrasi.

Dengan kemajuan TIK, semua orang bisa belajar dari siapa saja, tentang apa saja, di mana saja.

Bahkan, berdasarkan prediksi keberadaan dosen dan universitas sebentar lagi akan hilang dihabisi oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Gelar-gelar akademis akan mengalami devaluasi, karena masyarakat apalagi dunia profesional sudah tidak lagi mengukur kapasitas seseorang dari panjangnya gelar akademis—yang merupakan simbol-simbol feodalisme modern.

Kita semua telah sama-sama menyaksikan bahwa sekarang ini dunia diwarnai, diarahkan, bahkan dipimpin oleh para inovator yang drop-out dari universitas.

Bill Gates (Microsoft), Seteve Jobs (Apple), Mark Zuckerberg (facebook), dan Elon Musk (Space-X, Tesla, dan Paypal) adalah deretan drop-outer universitas yang karyanya mempengaruhi manusia sejagad.

Menyadari tuntutan dari open science tersebut LIPI/BRIN melalui Pusat Data dan Dokumentasi Imiah (PDDI), mulai mengelola data terbuka ilmu pengetahun dengan nama Repositori Ilmiah Nasional (RIN), sebuah platform digital untuk konservasi data yang berisi data primer dan sekunder.

RIN merupakan wujud dari open science atau demokratisasi dan transparansi proses riset, di mana semua orang bebas untuk menyimpan data dan mengetahui proses penciptaan sains dari hulu sampai hilir.

Selain memiliki misi konservasi, RIN juga membantu efisiensi dana riset dengan menghindari redudansi dan duplikasi yang selama ini sering terjadi.

Ke depan RIN akan dijadikan memori kolektif bangsa Indonesia dalam bentuk digital.

Baca juga: Teknologi Biokomposit Berkelanjutan dan Pengurangan Eksploitasi Hutan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com