Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/07/2021, 18:30 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.com - Lembaga Biologi Molekuler Eijkman telah menemukan varian Delta Plus di Indonesia. Varian ini ditemukan di Jambi dan Mamuju. Artikel ini akan membahas lebih detail tentang varian delta plus serta bedanya dengan varian delta.

Dilansir dari Medical News Today, pada awal Juli 2021, tercatat sudah ada 11 negara yang dimasuki oleh corona varian delta plus ini. Setelah Lembaga Molekuler Eijkman resmi mengumumkan varian ini telah ditemukan di Indonesia, maka bertambahlah daftar negara tersebut.

Varian delta plus

Virus SARS-CoV-2 terus menyebar dan telah bermutasi. Saat ini ada 11 varian yang diamati oleh World Health Organization (WHO). Salah satunya adalah varian delta yang pertama kali ditemukan di India pada Desember 2020 lalu.

Baca juga: Mengapa Varian Delta Lebih Menular Dibandingkan Varian Virus Corona Lainnya?

Varian delta menjadi varian yang paling mudah menular dan mendominasi sebagian besar kasus di berbagai negara, termasuk India, Amerika Serikat, dan Inggris.

Saat ini muncul varian baru yaitu varian delta plus. Varian ini pertama kali diumumkan di Inggris sebagai varian of concern pada 11 Juni 2021. Varian ini disebut juga dengan nama AY.1 dan merupakan sublineage dari varian delta.

Perbedaannya yang telah diketahui hanya terletak pada tambahan mutasi K417N pada permukaan protein virus yang membuat virus lebih mudah menempel pada sel sehat di dalam tubuh manusia.

Risiko varian delta plus

Varian ini telah menjadi varian of concern oleh WHO. Indian SARS-CoV-2 Consortium on Genomics (INSACOG) terus meneliti varian terbaru ini. Berdasarkan temuan protein pada permukaan varian baru ini, varian tersebut memiliki sifat sebagai berikut:

  • Lebih mudah menular
  • Ikatan dengan sel di paru-paru lebih kuat
  • Berpotensi menurunkan respons antibodi monoklonal

Menurut ahli virus Dr. Jeremy Kamil dari Louisiana State University Health Science Center, varian ini paling banyak menyerang orang yang sudah pernah terinfeksi di awal pandemi, orang yang belum mendapat vaksin, atau belum mendapat vaksin lengkap.

Dia menambahkan bahwa secara gejala tidak terlalu berbeda dengan varian delta. Namun, karena sifatnya yang ketiga, ini berisiko membuat perawatan dengan obat-obatan antibodi monoklonal tidak terlalu efektif. Contoh obat-obatan antibodi monoklonal adalah actemra dan kevzara.

Namun belum ada bukti bahwa varian ini membuat angka positif covid meningkat tajam. Sejauh ini, varian terbaru tersebut masih ditemukan dalam jumlah yang relatif lebih sedikit.

Baca juga: Mengenal Actemra, Obat Rekomendasi WHO untuk Pasien Covid-19

Efektivitas vaksin untuk mencegah varian delta plus

Untuk melindungi pasien dari varian delta, vaksin Pfizer dan Oxford-AstraZeneca terbukti efektif hingga 96 dan 92 persen setelah dua dosis. Namun, untuk varian delta plus, belum ada data yang dirilis karena varian ini masih tergolong baru.

Berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk meneliti varian terbaru ini. Salah satu penelitian dilakukan oleh The Indian Council of Medical Research.

Bagaimanapun hasil efektivitas vaksinnya, GAVI menyebutkan bahwa ini menambah urgensi untuk segera melakukan vaksin kepada sebanyak-banyaknya masyarakat. Vaksin perlu dipercepat terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tanpa vaksin, semakin banyak orang yang berisiko terpapar varian delta plus.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com