Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LIPI: Kemungkinan Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia karena Varian Delta

Kompas.com - 19/07/2021, 13:32 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Ketua Tim WGS Sars-CoV-2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra mengatakan, kemungkinan besar lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia disebabkan karena varian delta.

"Jika dilihat dari data GISAID yaitu data genom SARS-CoV-2 yang berhasil di-sequencing dan di identifikasi selama tiga minggu terakhir, lebih dari 95 persen merupakan varian delta dan sistanya adalah vairan alfa dan vairan lokal Indonesia," kata Sugiyono dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/7/2021).

Sugiyono pun menjelaskan bahwa pernyataannya ini bukanlah asal bicara, melainkan kesimpulan yang diambil berdasarkan data yang ada.

Lebih lanjut Sugiyono dan timnya melakukan sequencing genom untuk menemukan jenis atau varian virus corona apa yang menyebabkan infeksi pada kebanyakan pasien Covid-19 di Indonesia saat ini.

Baca juga: Varian Delta yang Picu Lonjakan Covid-19 di Seluruh Dunia, Ini yang Perlu Diketahui

 

Untuk memastikan kemungkinan penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini akibat varian delta, penelitian dilakukan di laboratorium Bio Safety Level (BSL) 3 LIPI. 

Dengan melakukan pengambilan sampel selama 8 hari terhitung dari tanggal 10-18 Juni 2021 dan hasilnya, hampir 100 persen adalah varian delta.

"Berdasarkan data yang ada, terbukti bahwa lonjakan kasus yang terjadi di Indonesia adalah disebabkan oleh paparan virus SARS-CoV-2 varian delta," ujarnya.

Seperti diketahui, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat, begitu pun kasus kematian akibat infeksi tersebut. Beberapa varian virus corona juga diketahui telah menyebar di sejumlah daerah, kemungkinan varian Delta bertanggung jawab atas lonjakan ini.

Baca juga: Ahli Jelaskan Bagaimana Varian Delta Virus Corona Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19

Ilustrasi vaksin Covid-19. Thailand akan campur vaksin Sinovac dan AstraZeneca untuk memberi perlindungan lebih baik dari varian Delta yang sangat menular dan telah memicu lonjakan kasus Covid-19.Shutterstock/myboys.me Ilustrasi vaksin Covid-19. Thailand akan campur vaksin Sinovac dan AstraZeneca untuk memberi perlindungan lebih baik dari varian Delta yang sangat menular dan telah memicu lonjakan kasus Covid-19.

Bahkan pada rentang waktu tanggal 2-17 Juli 2021 saja, tercatat penambahan total kasus positif Covid-19 Indonesia mencapai 624.647 kasus.

Pada tanggal 11 Juli 2021, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus kematian tertinggi di dunia yaitu mencapai 1.007 orang dalam satu hari.

Sehingga, selain negara Indonesia, varian delta yang pertama kali ditemukan di India inilah, yang diduga menjadi pemicu tsunami Covid-19 di negara asalnya itu beberapa bulan lalu.

Dijelaskan Sugiyono, faktor utama yang menyebabkan varian delta begitu berbahaya dan penyebarannya sangat masif adalah karena karakteristik dari varian virus corona tersebut.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia, Ahli Ingatkan untuk Ubah Strategi

 

Varian Delta tersebut memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi dibanding varian virus SARS-CoV-2 lainnya, sehingga tak heran jika kemungkinan varian virus SARS-CoV-2 ini memicu lonjakan Covid-19 di Indonesia.

Material genetik yang ditemukan di varian delta punya karakter yang bisa menurunkan efektivitas dari vaksinasi dan terapi obat yang saat ini dilakukan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Inggirs, varian delta ini sangat berkorelasi dengan peningkatan jumlah hunian rumah sakit atau pasien yang membutuhkan perawatan intensif akibat infeksinya.

"Artinya, varian ini punya efek terhadap keparahan kondisi pasien Covid-19," jelas Sugiyono.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Bangkalan dan Kudus, PPKM Mikro Diperketat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com