Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal 4 Varian Baru Virus Corona dan Bagaimana Efektivitas Vaksin Covid-19 Melawannya

Kompas.com - 05/03/2021, 19:30 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Pada Desember 2020, media mulai melaporkan munculnya varian baru virus corona yang menyebabkan Covid-19, dan sejak itu ilmuwan terus menyelidiki soal varian baru.

Sementara di Indonesia, Pemerintah mengungkap telah menemukan dua kasus varian baru virus corona B.1.1.7 pada Senin (1/2/2021).

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, pemerintah telah memeriksa 462 kasus dalam beberapa bulan terakhir, hingga akhirnya ditemukan dua kasus tersebut.

Melansir Johns Hopkins Medicine, Wakil ketua kedokteran untuk integritas dan analitik data, Stuart Ray, M.D. mengatakan, varian virus terjadi jika ada perubahan atau mutasi - pada gen virus. Apalagi, sSifat virus RNA seperti virus corona memang berevolusi dan berubah secara bertahap.

Sehingga sebenarnya, mutasi pada virus – termasuk virus corona penyebab Covid-19 bukanlah hal baru atau tidak terduga.

Baca juga: Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Ditemukan di Indonesia, Ini 4 Hal yang Perlu Diketahui

Sementara menurut Ben Lopman, Ph.D., profesor epidemiologi di sekolah kesehatan masyarakat Emory University, Atlanta, ada banyak varian virus di luar sana, tapi ada sedikit yang mengkhawatirkan karena tampaknya menyebar lebih cepat dan mungkin bisa (menggantikan) varian yang sebelumnya dominan.

Selain varian baru B.1.1.7, ada tiga varian baru virus corona lainnya penyebab Covid-19. Berikut di antaranya:

1. Varian B.1.1.7

Strain Inggris, yang disebut B.1.1.7, pertama kali dilaporkan di AS pada akhir Desember. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), B.1.1.7 menyebar lebih cepat dan mudah daripada varian lain virus corona.

Anthony Fauci, dokter penyakit menular terkemuka di negara itu mengatakan, mutasi virus itu bisa menjadi strain dominan di AS pada akhir Maret.

“Pasalnya pada 23 Februari, ada 1.881 kasus yang dilaporkan dari varian ini di 45 negara bagian AS. Itu juga menyebar di Denmark dan Skandinavia,” kata Lopman.

2. Varian B.1.351

Varian B.1.351 atau dikenal dengan varian Afrika Selatan, muncul secara independen dari strain Inggris, tetapi memiliki beberapa mutasinya yang sama.

Data menunjukkan, varian virus itu pertama kali muncul di Afrika Selatan pada bulan Oktober dan sejak itu menyebar ke negara lain, termasuk AS.

Varian virus corona ini juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ulang. Sebuah studi vaksin di Afrika Selatan menemukan, 2% orang yang pernah memiliki versi virus corona ini telah terinfeksi ulang.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Inggris, 2 Gejala Ini Prediktor Dirawat di RS

Ilustrasi mutasi virus corona Brasil. Dalam suatu studi, ilmuwan menemukan varian baru virus corona Brasil lebih menular dan dapat meningkatkan risiko infeksi ulang Covid-19. Saat ini, varian virus P.1 itu telah muncul di Inggris.SHUTTERSTOCK/PETERSCHREIBER MEDIA Ilustrasi mutasi virus corona Brasil. Dalam suatu studi, ilmuwan menemukan varian baru virus corona Brasil lebih menular dan dapat meningkatkan risiko infeksi ulang Covid-19. Saat ini, varian virus P.1 itu telah muncul di Inggris.

3. Varian P1

Varian P.1 dari Brasil, pertama kali terdeteksi di pertengahan Januari, pada pelancong dari negara bagian Amazonas di Brasil yang pergi ke Jepang.

Tampaknya varian baru virus corona ini mengandung mutasi yang meningkatkan kekhawatiran tentang penularan dan potensi infeksi ulang.

Manaus, kota terbesar di wilayah Amazon, mengalami lonjakan kasus pada bulan Desember, meskipun 75% populasi sudah terinfeksi pada bulan Oktober. Lima kasus varian baru virus corona ini telah dilaporkan oleh CDC di AS di Minnesota, Oklahoma, Maryland dan Florida.

Baca juga: Varian Virus Corona Brasil Disebut Ilmuwan Lebih Mudah Menular

4. Varian CAL.20C 

Melansir TODAY, varian baru virus corona lainnya adalah CAL.20C, yang mana saat ini menyumbang setengah dari kasus COVID-19 di California Selatan.

Menurut penelitian dari Cedars-Sinai Medical Center di LA Untuk mendeteksi strain tersebut, para peneliti awalnya melihat 10.000 sampel Covid-19 dari negara bagian pada bulan Maret dan menemukan sampel paling awal dari strain tersebut pada bulan Juli, kata Plummer, rekan penulis penelitian tersebut.

Pada pertengahan hingga akhir Januari, jenis baru ini mewakili lebih dari 30% kasus di seluruh negara bagian dan lebih dari 40% di California Selatan.

Pada pertengahan Februari, para peneliti telah menemukan CAL.20C di 19 negara bagian, Washington, D.C., dan enam negara asing. Data pada tahap ini menunjukkan, bahwa varian baru virus corona ini lebih mudah menyebar daripada strain lain.

Di Ohio, para peneliti di Wexner Medical Center di Columbus telah menemukan dua galur baru SARS-CoV-2.

Para peneliti masih melacak prevalensi keduanya, tetapi mereka telah menemukan bahwa salah satu strain menjadi dominan di Columbus, Ohio, selama tiga minggu antara Desember dan Januari dan mencurigai kemungkinan lebih menular.

Baca juga: Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Masuk Indonesia, Gejala Mirip Varian Asli

Ilustrasi Vaksin Covid-19 (shutterstock). KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL Ilustrasi Vaksin Covid-19 (shutterstock).

Varian baru virus corona belum terbukti lebih mematikan

Dr. Sten Vermund, dekan Yale School of Public Health, New Haven, Connecticut mengatakan, lebih mematikan atau tidaknya salah satu varian baru virus corona tergantung pada bagaimana Anda memikirkannya, apakah secara individu atau populasi.

"(Dari) sudut pandang seluruh masyarakat, jika itu lebih menular, lebih banyak orang yang terinfeksi, bahkan jika itu sama mematikannya, maka Anda akan memiliki lebih banyak orang yang mati," katanya.

"Tetapi jika Anda seorang dokter dan yang Anda lakukan adalah merawat pasien, maka tidak masalah jenis penyakit apa yang dimiliki pasien. Risiko penyakit parah dan kematian mereka kemungkinan hampir sama."

Pakar Inggris melaporkan pada bulan Januari, bahwa strain baru virus corona Inggris dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dibandingkan dengan varian lain, tetapi CDC menyebutkan, masih diperlukan lebih banyak penelitian terkait hal itu.

Ada juga bukti yang muncul bahwa strain Afrika Selatan mungkin lebih ganas, tetapi CDC belum mengonfirmasinya, dan hal yang sama berlaku untuk varian baru virus corona di Brasil.

Peneliti CAL.20C juga mengatakan, belum jelas pada tahap ini apakah benar hal itu menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Faktor lain yang dapat berkontribusi lebih mematikan atau tidaknya mutasi varian baru virus corona, adalah bagaimana Anda menerapkan protokol kesehatan.

Jika ada banyak orang yang tak bisa mengantisipasi atau mencegah untuk jatuh sakir, tentu akan ada lonjakan ekmatian. Tapi, ini tidak berarti mutasi virus lebih mematikan.

Baca juga: Epidemiolog: Varian Baru Covid-19 Lebih Cepat Menular, Cegah dengan Prokes

Apakah vaksin Covid-19 efektif melawan varian baru virus corona?

Sebuah studi tentang vaksin Pfizer yang diterbitkan di Nature awal tahun ini menemukan, bahwa vaksin itu menciptakan antibodi yang merespons sampel virus yang telah dimodifikasi, agar menyerupai varian di Inggris dan Afrika Selatan.

Pfizer juga mengatakan sedang meneliti keefektifan vaksinnya terhadap varian Brasil.

Sementara Moderna mengumumkan pada akhir Januari, studi laboratorium menunjukkan tidak ada dampak signifikan pada titer penetral, yang berkorelasi dengan perlindungan yang diberikan oleh vaksinasi, terhadap strain Inggris dan varian virus corona Afrika Selatan.

Pada akhir Januari, Johnson & Johnson juga mengumumkan bahwa vaksin sekali suntik milik mereka, efektif dalam mencegah penyakit Covid-19 sedang hingga parah, tetapi kurang efektif terhadap varian Afrika Selatan.

Sedangkan uji klinis kecil dari vaksin Oxford-AstraZeneca awal bulan ini menunjukkan, vaksin itu tidak efektif dalam mencegah penyakit ringan hingga sedang dari varian Afrika Selatan, tetapi efektif melawan strain aslinya.

“Saat ini yang bisa dilakukan, orang yang telah menerima vaksin harus melanjutkannya dengan tindakan pencegahan virus corona untuk mengurangi risiko infeksi, seperti memakai masker, menjaga jarak fisik, dan mencuci tangan,” kata Robert Bollinger, Profesor penyakit infeksi di Johns Hopkins University, School of Medicine.

“Kami menangani mutasi virus flu setiap tahun, dan akan mengawasi virus corona ini juga dan terus melacaknya,” pungkasnya.

Baca juga: Jika Mutasi Virus Corona Makin Ganas, Vaksin Covid-19 Perlu Direvisi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com