Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Pandemi Covid-19, Apa Saja yang Telah Diungkap Ilmuwan?

Kompas.com - 02/03/2021, 13:01 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Terapi pengobatan Covid-19

Pada awal pandemi, banyak pasien dengan gejala parah menerima pernapasan buatan (intubasi) pada tahap awal.

Namun kini, para dokter di unit perawatan intensif telah beralih menggunakan ventilator, karena spesialis paru telah menekankan bahwa pernapasan buatan di bawah tekanan positif dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan pada paru-paru.

Selama pasien dapat bernapas sendiri, mereka akan menerima oksigen tanpa terhubung ke alat bantu pernapasan.

Dalam banyak kasus, ketika ginjal rusak parah akibat Covid-19, dialisis juga diperlukan. Selain itu, unit perawatan intensif juga akan melakukan perawatan lain jika ada organ rusak lainnya.

Selain dengan obat-obatan, proses penyembuhan Covid-19 di rumah sakit dapat dipercepat dengan terapi plasma konvalesen, yaitu memberikan antibodi dari darah pasien Covid-19 yang sembuh.

Antibodi tersebut dapat melawan virus dalam tubuh pasien yang menerima darah yang disumbangkan.

Baca juga: 4 Jenis Terapi Pengobatan Virus Corona, Mana Paling Efektif?

Belum ada obat khusus

Remdesivir adalah salah satu dari sedikit obat farmasi yang telah terbukti memperpendek perjalanan penyakit covid-19.

Meski demikian, itu bukanlah obat ajaib. Ini mempersingkat proses penyembuhan beberapa hari pada pasien yang menerima oksigen, tetapi tidak meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyarankan, agar tidak menggunakan remdesivir untuk pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Para dokter juga mencoba menggunakan obat lain yang sudah ada di pasaran untuk memerangi virus corona.

Ini termasuk deksametason anti-inflamasi, yang telah disetujui di Inggris Raya, setelah percobaan menunjukkan obat itu mengurangi risiko kematian pada pasien rawat inap yang membutuhkan oksigen.

Obat lainnya yang dinilai sebagai penghambat, RNA polimerase Avigan dan obat malaria hydroxychloroquine.

Sayangnya, kemanjuran dan keamanan Avigan belum terbukti secara meyakinkan, sementara hydroxychloroquine telah terbukti tidak efektif dan bahkan mungkin berbahaya.

Pada 18 Desember 2020, WHO menyatakan, bahwa kortikosteroid (seperti deksametason) adalah satu-satunya kelas obat yang menunjukkan beberapa manfaat dalam pengobatan Covid-19.

Namun WHO juga menyebutkan, bahwa untuk pasien Covid-19 gejala ringan atau sedang, menemukan terapi yang efektif, aman, terjangkau dan dapat diakses untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas tetap menjadi prioritas yang mendesak.

Kampanye vaksin Covid-19

Hingga saat ini beberapa vaksin Covid-19 telah mendapatkan izin penggunaan darurat di sejumlah Negara di dunia, di antaranya Pfizer-BioNTech, Moderna, Sputnik V, Oxford-AstraZeneca, Sinovac, dan yang terbaru adalah Johnson & Johnson.

Namun demikian, para ilmuwan dunia memperkirakan bahwa kampanye vaksinasi kemungkinan tidak akan selesai sebelum 2022.

Saat ini Indonesia juga telah menjalankan kampanye vaksinasi Covid-19, termasuk pada lansia. Pada pertengahan Januari 2021, vaksin Sinovac resmi mengantongi izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM).

Izin vaksin Covid-19 Sinovac dikeluarkan berdasarkan data hasil pemantauan dan analisis uji klinik yang dilakukan di Indonesia.

Selain itu juga dengan mempertimbangkan data hasil uji klinik yang dilakukan di negara Brasil dan Turki.

Selanjutnya, seperti yang telah diberitakan Kompas.com, Pemerintah Indonesia akan menggunakan tiga vaksin Covid-19 lain, yaitu AstraZaneca dari London, Inggris, Pfizer dari Jerman-Amerika, dan Novavax dari Amerika.

Baca juga: Menkes Sebut Vaksin Pemerintah Ada 4: Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Novavax

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com