Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 Diprediksi Jadi Endemik, Ini Maksudnya dan Tanggapan Ilmuwan

Kompas.com - 01/03/2021, 07:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber BMJ

Jika infeksi baru muncul, sel B memori dapat memproduksi antibodi dan sel T yang dapat menghilangkan sel yang terinfeksi virus, tetapi belum dipastikan apakah memori kekebalan ini dapat memblokir infeksi ulang virus.

"Butuh waktu bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun untuk mencapai keadaan di mana cukup banyak populasi memiliki kekebalan yang cukup," imbuh Lavine.

"Membiarkan virus menyebar tanpa terkendali akan menjadi cara tercepat untuk mencapai titik itu, tetapi itu akan mengakibatkan jutaan kematian, jadi jalur yang paling cocok adalah melalui vaksinasi," katanya.

Hasil pemodelan soal Covid-19

Sebuah model yang dikembangkan oleh Alexandra Hogan di Imperial College London dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa jika ingin mencapai herd immunity, setidaknya 55 persen populasi di suatu wilayah harus mendapat vaksin yang punya efektivitas 90 persen. Namun, itu tetap harus menerapkan protokol menjaga jarak, memakai masker, dan banyak orang bekerja dari rumah.

Sementara, jika ingin protokol jaga jarak ditiadakan, vaksin yang sama harus mencakup 67 persen populasi.

Jika efektivitas vaksin yang dipakai kurang dari 90 persen dalam mencegah penularan virus, atau jika ada varian virus baru, persentase cakupan vaksinasi harus lebih besar lagi.

Hasil studi preprint atau pracetak dari penelitian laboratorium menunjukkan bahwa antibodi penawar dalam darah orang yang telah terjangkit Covid-19 kurang mampu mengenali varian virus yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan (disebut 501Y.V2) dibandingkan varian yang beredar lebih awal dalam pandemi.

Baca juga: WHO Bisa Saja Cabut Status Pandemi Lebih Cepat di Negara Ini, Asalkan

Lebih dari 70 persen peneliti yang disurvei oleh Nature percaya bahwa kemampuan untuk beradaptasi dan menghindari pertahanan kekebalan akan mendorong sirkulasi SARS-CoV-2 yang berkelanjutan.

Akibatnya, vaksin yang diperbarui mungkin perlu dikembangkan dan diberikan, mungkin setiap tahun seperti vaksin flu.

Dampak SARS-CoV-2 di masa depan juga akan bergantung pada seberapa baik virus itu berkembang dalam populasi hewan liar.

Beberapa penyakit yang telah dikendalikan, termasuk demam kuning, Ebola, dan virus chikungunya, bertahan karena penampungan hewan.

SARS-CoV-2 mungkin berasal dari kelelawar dan dapat dengan mudah menginfeksi banyak hewan, termasuk kucing, kelinci, dan hamster, dan sangat menular di cerpelai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com