Pasalnya hewan penyaring ini memerlukan fitoplankton sebagai sumber makanan mereka. Sementara fitoplankton tak banyak tersedia di dekat hewan penyaring.
Menurut peneliti, jika mengikuti arus laut spons itu berada sekitar 600 hingga 1500 km dari sumber terdekat fitoplankton segar.
Namun pada kenyataannya hewan yang kemungkinan besar tak bertahan itu justru hidup di bawah lapisan Antartika.
"Bagi saya itu sangat menarik karena hewan-hewan ini pasti mendapatkan cukup makanan dari suatu tempat," kata Griffiths.
Temuan ini akhirnya memicu banyak pertanyaan tentang seberapa banyak makanan yang dibutuhkan mahluk untuk bertahan hidup.
Baca juga: Kasus Pertama Covid-19 di Antartika, 36 Orang Positif Terinfeksi
Selain itu, apakah metabolisme mereka melambat atau berhenti ketika makanan menjadi langka, dan apakah mereka mengumpulkan makanan ekstra dengan cara yang belum kita pahami.
Termasuk juga pertanyaan besar lainnya, seperti berapa banyak batuan lain yang penuh dengan kehidupan di bawah es Antartika serta apakah perubahan iklim juga akan memengaruhi spesies ini.
Namun tentu perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui semua jawaban tersebut.
"Kami harus mengembangkan teknologi untuk membantu studi. MIsalnya kendaraan bawah air yang dapat dioperasikan dari jarak jauh atau dijalankan secara mandiri," jelas Griffiths.
Temuan tentang dunia di bawah es Antartika ini telah dipublikasikan di Frontiers in Marine Science.
Baca juga: Es Antartika Meleleh, Kuburan Penguin Berusia 5.000 Tahun Terungkap
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.