Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Covid-19 Menumpuk di RS, Ahli: Peningkatan Kasus Positif Sebabkan BOR Tetap Naik

Kompas.com - 28/01/2021, 19:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Namun, konversi tersebut juga akan dilakukan dengan angka yang berbeda-beda atau variatif dari satu rumah sakit dengan yang lainnya karena tergantung dengan jumlah yang terpapar atau tingkat infeksi di daerah masing-masing.

"Ada yang zona merah, ada  yang hijau. Yang zona merah rata-rata konversi 50 persen dengan jumlah penambahan ICU 25 persen dari ruang yang terkonversi jadi perawatan Covid-19," kata dia.

Kemudian, untuk area atau kawasan yang hijau, maka konversinya sekitar 25 persen dengan penambahan ICU 10-15 persen dari ruangan yang terkonversi.

Fathema menambahkan, selain konversi tempat, jumlah ruangan khusus Covid-19 juga bertambah terus seiring dinamika pandemi.

"Total BUMN memiliki lebih dari 7 ribu tempat tidur dan telah dikonversi lebih dari 3.500 an tempat tidur untuk isolasi atau perawatan Covid-19," ujarnya.

Baca juga: Angka Kematian Pasien Covid-19 Berisiko Melonjak akibat BOR, Begini Antisipasinya

Sementara itu, ada 512 bed ICU Covid-19, di mana itu sudah termasuk penambahan 50 bed ICU di RSPP Simprung, dan ini adalah upaya yang dilakukan sejak April 2020, dengan tujuan tidak ada pasien yang ditolak ketika datang ke rumah sakit.

"Caranya dengan memastikan aliran layanan lancar dari IGD, masuk rawat isolasi atau ICU hingga pulang. Kalaupun perlu rawatan lain, kami ada hotel atau penginapan yang bisa dipakai sebagai safe house. Kemudian, jika ada yang penuh juga bisa kami carikan ke jaringan rumah sakit yang lainnya sehingga aliran layanan terkontrol. Kami bekerjasama dengan RS swasta," ceritanya.

Namun, ia mengakui dengan peningkatan kasus terkonfirmasi positif yang semakin masif, kondisi Bed Occupancy Rate (BOR) yang terus meningkat sangat bisa terjadi.

Sehingga, biarpun tempat tidur terus ditambah, BOR tetap ikut naik.

BOR mengakibatkan banyak pasien yang berpeluang sembuh, tetapi tidak mendapatkan kamar perawatan.

"Saat ini selalu di angka 80-90 persen. Artinya meski tambah terus ruang isolasi atau ICU di RS, BOR tetap tinggi dan naik, karena memang terjadi peningkatan jumlah pasien yang terkena Covid-19 bertambah secara signifikan," kata dia.

Baca juga: Kematian Covid-19 Tertinggi Selama Pandemi, Rumah Sakit Penuh Berkontribusi

Ia menegaskan, penambahan pasien ini tidak hanya bisa direspons dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas RS.

"Justru yang harus kita lakukan lebih giat lagi adalah 3T-nya (tracing, testing dan treatment). Kemudian bagaimana pelayanan di primary health care-nya, perlu penguatan," tegasnya.

Untuk tracing (penelusuran) dan testing, kata dia, perlu berbarengan dengan pemerintah daerah dan primary health care seperti Puskesmas.

Bagaimana memastikan orang yang tertular (status kontak) sudah diisolasi terlebih dahulu sebelum hasil tesnya keluar. Karena kalau menunggu hasil tes baru dilakukan isolasi, maka pencegahan penularan terlambat dilakukan.

"Perlu dipahami bahwa testing, tracing, dan isolasi adalah langkah awal mengurangi jumlah hunian di rawat inap dan jumlah kematian ICU," ucap dia.

"Jadi sebenarnya RS ini adalah garda atau terminal terakhir. Tapi yang disebut garda depan itu adalah primary healthcare seperti puskesmas dan klinik-klinik yang perannya harus ditingkatkan," imbuhnya.

Baca juga: 647 Nakes Indonesia Wafat Akibat Covid-19 Terbanyak di Asia, Ini Saran IDI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com