Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Vaksin Covid-19 Tiba, Apakah Virus Corona Akan Hilang karena Vaksinasi?

Kompas.com - 10/12/2020, 19:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Vaksinasi yang berdasarkan pada metode vaksin ciptaan Edward Jenner pada 1798 ini telah berhasil menumpas virus cacar dari seluruh penduduk dunia pada 1977. Sejak itu vaksinasi cacar tidak pernah lagi diberikan kepada penduduk.

Vaksin lain yang hampir berhasil menumpas penyakit adalah vaksin polio. Berbeda dengan vaksin cacar yang hanya diberikan sekali seumur hidup, vaksin polio harus diberikan berulang-ulang agar tercapai kadar antibodi yang memadai. Meski Indonesia telah dinyatakan bebas polio sejak 2014 tapi vaksinasi masih tetap jalan untuk pencegahan, karena ternyata polio masih ada di Indonesia.

Vaksin lain yang dianggap cukup efektif adalah vaksin BCG untuk mencegah TBC. Vaksin BCG digunakan sejak 1921.

Berbagai riset memperlihatkan bahwa vaksin BCG yang diberikan kepada bayi baru lahir akan melindungi bayi] dari penyakit TBC paru dan TBC yang menyebar melalui pembuluh darah (TBC milier, salah satu bentuk TBC yang berat).

Beberapa riset memperlihatkan bahwa efek dari vaksin ini bertahan sampai 10 tahun di Inggris, 30-40 tahun di Norwegia dan 50-60 tahun di Alaska.

Di Indonesia belum ada riset sejenis, tapi vaksin BCG hanya diberikan sekali seumur hidup.

Setelah dewasa, perlindungan yang diberikan oleh BCG adalah perlindungan terhadap penyakit TBC berat saja. Artinya mereka yang pernah mendapat vaksin BCG kemungkinan besar tidak akan mengalami TBC selaput otak (meningitis) atau TBC milier.

Sampai saat ini, perlindungan ini dianggap cukup memadai karena kedua jenis TBC ini yang menyebabkan kematian tertinggi.

Selain itu, pengobatan terhadap kuman TBC sudah ditemukan dan terus dikembangkan, terutama terhadap tuberkulosis yang resistan obat standar. Meski demikian, riset mengenai vaksin TBC masih tetap berjalan sampai sekarang.

Vaksin terhadap diferi (DPT atau DT) adalah contoh vaksin lain yang dianggap efektif. Namun untuk mempertahankan efek maksimal dari vaksin ini, vaksinasi harus diulang setiap 10 tahun setelah pemberian pada masa bayi dan kanak-kanak.

Vaksin lain yang perlu kita pelajari adalah vaksin influenza. Flu di negara empat musim sering menyebabkan kematian, atau minimal perawatan di rumah sakit.

Oleh karena itu, vaksinasi terhadap flu sangat diperlukan, terutama untuk orang-orang yang mempunyai faktor risiko yang tinggi, misalnya lansia atau orang dengan gangguan paru. Karena virus-virus penyebab influenza mudah bermutasi dan kemudian tidak dikenali oleh sistem pertahanan tubuh, maka vaksin flu harus diulang setiap tahun.

Vaksin terbaik diukur dari sudut keamanan, efek samping, pembentukan antibodi dan efikasinya.

Efikasi adalah tingkat daya lindung vaksin pada kondisi uji klinis. Kondisi uji klinis sifatnya optimal dan terkendali, baik dari penyiapan vaksinnya, maupun dari faktor orang yang mendapat vaksinnya, yaitu orang yang sehat dan memenuhi berbagai kriteria yang ditentukan peneliti.

Efikasi didapat dari uji klinis fase 3, dengan menghitung risiko terjadinya penyakit pada kelompok orang yang mendapat vaksin dan yang tidak mendapat vaksin.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com