Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3.003 Kasus Baru Covid-19 dalam Sehari di Indonesia, Apa Sudah Puncak?

Kompas.com - 29/08/2020, 16:00 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sebab, ini satu-satunya cara untuk bisa melihat suatu kejadian, memberi gambaran, dan memberi penilaian yang komperehensif terkait bagaimana status pengendalian covid-19 di suatu wilayah, daerah, dan negara.

Disebut Dicky, testing bisa menentukan kapan berakhirnya suatu pandemi.

"Jadi testing ini (penting sejak) awal pandemi hingga akhir pandemi, agar bisa lepas (dari pandemi tersbeut). Bahkan, kita bisa mengetahui suatu wilayah dikatakan zona merah atau hijau dilihat dari hasil testingnya," imbuhnya.

Dicky menuturkan, orang yang sudah terinfeksi Covid-19 juga dapat dilacak siapa saja yang pernah berkontak dengannya. Hal ini untuk mencari tahu siapa saja yang terinfeksi

Baca juga: Kasus Corona Meningkat, Bisakah Pembuatan Vaksin Dipercepat?

Masyarakat harus tetap waspada, tetap sadar memahami bahwa Covid-19 adalah pandemi.

"Ini adalah situasi krisis dan serius," tegasnya.

Belajar dari sejarah flu Spanyol

Rasa jenuh mungkin muncul di masyarakat, apa lagi kalangan muda. 

Namun kita juga harus belajar dari sejarah. Ingatlah pandemi Flu Spanyol yang terjadi tahun 1918.

Saat itu masyarakat dan pemerintah melonggarkan social distancing karena adanya tekanan sosial, politik, dan akademi.

Pada akhirnya pandemi yang bisa selesai 1,5 tahun dalam pengendalian saat itu misalnya, malah jadi tiga tahun.

Harus diingat bahwa 80-85 persen orang terinfeksi Covid-19 tidak menunjukkan gejala.

"Tidak bergejala bukan berarti tidak sakit. Bukan berarti tidak ada suatu proses dalam tubuh yang bisa berpotensi merusak organ tubuhnya," tutupnya.

"Baik tua atau muda, harus paham dan waspada ini bukan penyakit yang bisa dianggap remeh. Ini adalah jenis pandemi marathon, semua harus sabar. Harus bisa mengontrol diri, terapkan terus 3M (memakai masker, menjaga jarak setidaknya satu meter, dan mencuci tangan) sampai situasi relatif bisa terkendali."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com