Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Orang Indonesia Kekurangan Vitamin D, Kenali Faktor Risikonya

Kompas.com - 25/07/2020, 10:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Defisiensi vitamin D sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh atau imunitas diri, dan bisa memicu munculnya berbagai gejala atau keluhan pada tubuh.

Hal ini disampaikan oleh Ahli Alergi Imunologi Anak Indonesia, Prof Dr Budi Setiabudiawan dr SpA(K).

Menurut Budi, setiap individu dari berbagai golongan usia bisa mengalami kekurangan (defisiensi) vitamin D ini.

"Kekurangan vitamin D terjadi pada hampir semua kelompok usia. Defisiensi vitamin D ini juga banyak ditemukan di negara tropis termasuk Indonesia," kata Budi webinar Vitamin D3 Series Kalbe: Lindungi Anak Indonesia dengan Daya Tahan Tubuh yang Optimal, Kamis (23/7/2020).

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Vitamin D Bisa Jaga Imunitas Tubuh, Kok Bisa?

Budi memaparkan, dirangkum dari berbagai penelitian ternyata kategori kelompok yang paling banyak mengalami defisiensi vitamin D adalah usia lanjut (78,2 persen), wanita dengan rentang usia 18-40 tahun (63 persen), dan anak-anak yang berusia 6 bulan sampai 12 tahun (44 persen).

Sementara itu, 61,25 persen ibu hamil ternyata mengalami kekurangan asupan vitamin D.

Padahal, kekurangan atau defisiensi vitamin D menyebabkan berbagai gejala atau keluhan pada tubuh seperti berikut:

- Tulang jadi rapuh

- Mudah depresi

- Meningkatkan risiko untuk terkena penyakit kanker

- Meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (jantung)

- Berisiko impotensi pada pria

- Mengganggu kemampuan otak, hingga pikun

- Penyakit alergi

- Penyakit infeksi

- Penyakit autoimun

- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak

Baca juga: Ilmuwan Ingatkan Jangan Jadikan Vitamin D Senjata Lawan Covid-19, Kenapa?

Faktor risiko defisiensi vitamin D

Namun, Anda bisa mencegahnya dengan mengetahui dan menghindari faktor risiko terjadinya defisiensi vitamin D.

1. Kadar paparan ultraviolet yang rendah

Umumnya, kata Budi, kadar paparan ultraviolet sangat bergantung dengan daerah atau letak geografis suatu lokasi.

Wilayah yang berada pada garis lintang yang tinggi atau yang mengalami musim dingin cenderung lebih sulit sinar matahari secara langsung sehingga kadar paparan ultravioletnya rendah.

"Padahal hampir 90 persen sumber vitamin D itu adalah paparan sinar matahari (ultraviolet B)," ujarnya.

Dijelaskan Budi, cahaya matahari ultraviolet B umumnya bisa didapatkan pada rentang waktu pukul 10.00 pagi hingga 15.00 sore.

"Jadi kalaupun memang kerjanya di ruangan, kalau masih bisa ambil waktu kena sinar matahari di antara jam 10.00 (pagi) sampai jam 3 (sore) itu bagus. Kan paling tidak 10-20 menit cukup," jelasnya.

Baca juga: Vitamin D Disebut Berkaitan dengan Angka Kematian Covid-19, Kok Bisa?

2. Paparan sinar matahari yang tidak mencukupi

Selain faktor di atas, kekurangan vitamin D juga bisa terjadi bila suatu individu sepenuhnya menghindari paparan sinar matahari.

Misalnya hanya beraktivitas di dalam ruangan atau memakai pakaian tertutup ketika berada di luar ruangan

"(Ultraviolet B) itu tidak tembus benda, jadi kalau pakai pakaian yang sangat tertutup jadi nggak bakal bisa dapat vitamin D meskipun berpanas di bawah matahari," tutur Budi.

Di samping pakaian tertutup, Budi berkata bahwa tabir surya juga bisa menghambat penyerapan vitamin D dari sinar matahari ke dalam tubuh oleh kulit.

3. Faktor individu

Kemudian, ada juga faktor risiko individu yang bisa menyebabkan kekurangan vitamin D ini, di antaranya warna kulit yang gelap, usia lanjut, bayi baru lahir, kehamilan, obesitas dan sindroma malabsorpsi seperti Iritable Bowel Disease.

Untuk orang-orang yang berkulit gelap, durasi berjemur sebaiknya lebih sedikit dibandingkan orang yang memiliki warna kulit terang, misalnya 10-15 menit saja.

Sementara itu, orang-orang lanjut usia dan bayi baru lahir juga cukup berjemur selama 10-15 menit untuk mengoptimalisasi tulang dan sistem kekebalan tubuh.

Ibu hamil juga memerlukan vitamin D yang cukup untuk menekan risiko kematian ibu dan meningkatkan kesehatan janin yang dikandungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com