Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Musim Kemarau 2020 di Indonesia Cenderung Basah, Ini Faktor Pemicunya

Kompas.com - 27/06/2020, 15:42 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Pada bulan Juni 2020 ini, sebanyak 51,2 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Akan tetapi, cenderung lebih basah (di atas normal) daripada rata-rata iklim pada tahun 1981-2010.

Hal ini diungkapkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berdasarkan analisis hingga tanggal 20 Juni 2020.

Deputi Bidang klimatologi BMKG, Drs Herizal Msi menyebutkan kondisi tersebut didukung oleh berbagai indikator atau kondisi atmosfer yang ada.

1. Kondisi ENSO netral

Hasil monitoring indikator anomali iklim Samudera Pasifik, suhu muka laut wilayah indikator ENSO (Nino 3.4) sampai dengan pertengahan Juni dalam kondisi netral.

Baca juga: BMKG: 51,2 Persen Wilayah Indonesia Sudah Musim Kemarau Bulan Ini

Dimaksudkan kondisi ENSO netral ini adalah karena fluktuasi suhu muka laut tidak menyimpang lebih dari 0,5 derajat celcius dari rata-rata normal klimatologisnya.

Herizal berkata, sebagian besar lembaga meteorologi dunia memprediksikan anomali suhu muka laut di Nino 3.4 sampai akhir tahun berkisar antara Netral dan La Nina lemah.

Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasi musim kemarau melalui pembangunan infrastruktur air.

Dok Humas Kementan Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasi musim kemarau melalui pembangunan infrastruktur air.

Baca juga: Mei Diprediksi Awal Musim Kemarau tapi Aceh Banjir, Apa yang Terjadi?

Untuk diketahui, kondisi La Nina lemah dinyatakan apabila penyimpangan suhu muka laut di wilayah indikator ENSO lebih dingin yaitu sekitar -0,5 sampai dengan -1,0 derajat celcius dari normal klimatologisnya.

"Apabila kondisi La Nina dapat terjadi, hal tersebut dapat menambah peluang peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia," jelas dia.

Hal inilah yang menyebabkan musim kemarau terkesan lebih basah, karena lebih banyak hujan daripada kemarau biasanya.

 

2. Kondisi IOD+ kembali netral

Berdasarkan monitoring anomali iklim Samudera Hindia, menunjukkan beda suhu muka laut Perairan timur Afrika dan sebelah barat Sumatera sebagai indikator Dipole Mode Samudera Hindia (IOD) bernilai positif (IOD+) pada pertengahan Juni 2020 ini.

Kondisi IOD+ diprediksi akan kembali netral pada Juli hingga November 2020 nanti.

3. Suhu muka laut

"Monitoring terhadap kondisi suhu muka laut perairan Indonesia menunjukkan kondisi normal, dengan kisaran anomali suhu muka laut antara -0,5 hingga +2 derajat celcius," kata dia.

Baca juga: Cuaca Panas Melanda Jakarta, Sudahkah Masuk Musim Kemarau?

Suhu muka laut yang hangat atau anomali positif terjadi di perairan timur Sumatera, perairan selatan Jawa, Laut Banda dan perairan utara Papua.

Herizal mengatakan, dari berbagai kondisi tersebut diperkirakan akan menjadikan musim kemarau di sebagian wilayah Indonesia akan cenderung basah, mencapai sekitar 50 persen wilayah.

"Namun perlu tetap diwaspadai adanya potensi kekeringan di 30 persen wilayah Zona Musim (ZOM)," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com