Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2020, 16:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Para ilmuwan yang tersebar di berbagai negara tengah berupaya menemukan vaksin corona yang aman bagi manusia.

Saat ini, lebih dari 90 vaksin potensial untuk Covid-19 sedang diselidiki di seluruh dunia.

Sejumlah ahli pun mengumumkan telah melakukan uji klinis vaksin kepada manusia.

Ini merupakan tahap untuk memastikan efektivitas, keamanan, dan gambaran efek samping yang muncul pada manusia setelah diberikan vaksin.

Lantas, bagaimana cara ilmuwan menemukan vaksin dan kenapa membutuhkan waktu lama?

Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Beberapa Orang Menolak Vaksin?

Indra Rudiansyah, kandidat doktor riset vaksin di Jenner Institute, Oxford University menjelaskan bagaimana cara ilmuwan menemukan vaksin yang tepat untuk menangani suatu penyakit hingga dinyatakan aman dan dapat dipasarkan secara luas.

Indra mengatakan, hal pertama yang dilakukan ilmuwan adalah melakukan penelitian dasar terkait agen suatu penyakit.

"Penelitian ini menarget protein mana yang dapat dijadikan kandidat vaksin. Kemudian setelah ditemukan kandidatnya (protein), masuk ke tahapan pre-clinical trial (uji pra klinik)," kata Indra yang tergabung dalam tim uji klinik untuk vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford.

Dia menjelaskan, dalam tahapan uji pra klinik, kandidat vaksin yang sudah dibuat akan diuji ke hewan mencit dan hewan yang menyerupai manusia, seperti spesies primata bukan manusia (nonhuman primate species).

Bila kandidat vaksin sudah lolos dalam tahap uji pra klinik, peneliti akan melanjutkan pengujian vaksin ke tahap uji klinik.

Untuk diketahui, tahapan uji klinik adalah suatu pengujian khasiat obat baru kepada manusia, di mana sebelumnya diawali dengan pengujian ke hewan atau uji pra klinik.

Dalam uji klinik, biasanya ada empat tahapan, mulai dari fase I, II, III, hingga IV.

Dalam uji klinik fase I, umumnya menguji keamanan dan tolerabilitas dari kandidat vaksin.

"Jadi apakah kandidat vaksin aman diberikan ke orang dewasa, kemudian (apakah aman) diberikan ke target populasi kelompok rentan seperti orang tua (lansia) dan bayi," kata Indra.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com