Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2020, 13:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tanpa vaksin, manusia memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai kekebalan kolektif yang disebut juga herd immunity, terhadap virus corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2.

Menurut perkiraan awal dari para ahli kesehatan di Amerika Serikat (AS), sedikitnya dibutuhkan 70 persen dari total populasi yang mengembangkan kekebalan terhadap virus corona, baik dengan paparan atau vaksinasi, untuk mencapai kekebalan menyeluruh.

"Kita tidak akan bisa mengendalikan virus ini sampai mendapatkan vaksin, atau sampai virus menginfeksi 80 sampai 90 persen populasi manusia. Tentunya opsi yang terakhir adalah yang tidak kita inginkan karena akan lebih banyak orang yang meninggal,” ujar peneliti penyakit menular Sarah Goerge, MD, yang merupakan peneliti utama uji coba klinis terkemuka untuk remdesivir di Saint Louis University.

Saat ini lebih dari 90 vaksin yang potensial untuk Covid-19 sedang diselidiki di seluruh dunia, sehingga nampaknya paling tidak satu dari antaranya akan berhasil.

Baca juga: WHO Peringatkan, Virus Corona Tidak Akan Hilang Meski Ada Vaksin

Melansir Mdlinx, Minggu (17/5/2020), vaksin yang aman dan efektif untuk Covid-19 diperkirakan tersedia pada Januari 2021. Hal ini disampaikan Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Anthony Fauci, MD.

Sementara itu, para ilmuwan di Universitas Oxford, Inggris, mengatakan bahwa vaksin virus corona baru mereka akan siap pada bulan September tahun ini.

Ketika mendengar kabar bahwa akhirnya ada satu vaksin yang berhasil ditemukan, bukankah akan membuat banyak orang dengan senang hati berbaris untuk mendapatkan suntikan vaksin?

Tapi sepertinya tak semua orang akan rela mengantre untuk mendapat vaksin tersebut, lantaran ada beberapa orang yang menyatakan dirinya anti-vaksin.

Jadi, apa yang akan terjadi jika vaksin Covid-19 yang aman dan efektif tersedia, tetapi beberapa orang menolak untuk mendapatkannya?

Mungkin bisa mempertimbangkan kasus yang terjadi pada tahun 2019, ketika wabah campak terjadi di Brooklyn, New York.

Hampir 3 dari 4 kasus (73 persen) terjadi pada orang yang belum pernah menerima vaksin campak, terutama pada anak-anak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com