Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Butuh Waktu Lama, Bagaimana Cara Ilmuwan Menemukan Vaksin Corona?

KOMPAS.com - Para ilmuwan yang tersebar di berbagai negara tengah berupaya menemukan vaksin corona yang aman bagi manusia.

Saat ini, lebih dari 90 vaksin potensial untuk Covid-19 sedang diselidiki di seluruh dunia.

Sejumlah ahli pun mengumumkan telah melakukan uji klinis vaksin kepada manusia.

Ini merupakan tahap untuk memastikan efektivitas, keamanan, dan gambaran efek samping yang muncul pada manusia setelah diberikan vaksin.

Lantas, bagaimana cara ilmuwan menemukan vaksin dan kenapa membutuhkan waktu lama?

Indra Rudiansyah, kandidat doktor riset vaksin di Jenner Institute, Oxford University menjelaskan bagaimana cara ilmuwan menemukan vaksin yang tepat untuk menangani suatu penyakit hingga dinyatakan aman dan dapat dipasarkan secara luas.

Indra mengatakan, hal pertama yang dilakukan ilmuwan adalah melakukan penelitian dasar terkait agen suatu penyakit.

"Penelitian ini menarget protein mana yang dapat dijadikan kandidat vaksin. Kemudian setelah ditemukan kandidatnya (protein), masuk ke tahapan pre-clinical trial (uji pra klinik)," kata Indra yang tergabung dalam tim uji klinik untuk vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford.

Dia menjelaskan, dalam tahapan uji pra klinik, kandidat vaksin yang sudah dibuat akan diuji ke hewan mencit dan hewan yang menyerupai manusia, seperti spesies primata bukan manusia (nonhuman primate species).

Bila kandidat vaksin sudah lolos dalam tahap uji pra klinik, peneliti akan melanjutkan pengujian vaksin ke tahap uji klinik.

Untuk diketahui, tahapan uji klinik adalah suatu pengujian khasiat obat baru kepada manusia, di mana sebelumnya diawali dengan pengujian ke hewan atau uji pra klinik.

Dalam uji klinik, biasanya ada empat tahapan, mulai dari fase I, II, III, hingga IV.

Dalam uji klinik fase I, umumnya menguji keamanan dan tolerabilitas dari kandidat vaksin.

"Jadi apakah kandidat vaksin aman diberikan ke orang dewasa, kemudian (apakah aman) diberikan ke target populasi kelompok rentan seperti orang tua (lansia) dan bayi," kata Indra.

"Di fase I juga diuji bagaimana imunogenisitas dari kandidat vaksin, apakah kandidat vaksin kita (ilmuwan) dapat meningkatkan sistem imun di tubuh kita atau tidak," imbuhnya dalam acara Webinar Zoom Big Questions Forum 9, Menghadapi Covid-19: Kebijakan, Sains, Solidaritas Nasional dan Global yang diselenggarakan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Jumat (15/5/2020).

Setelah melewati uji klinik fase I, ahli akan melanjutkan ke uji klinik fase II.

Pada tahapan uji klinik fase II biasanya menguji apakah efek farmakologik yang tampak pada fase I berguna atau tidak untuk pengobatan dan menguji efikasi.

"Pade fase II, itu dilakukan studi terkait efikasi pada kandidat vaksin yang diuji coba. Efikasi di sini adalah apakah antibodi atau respons imun yang dihasilkan dari vaksin, bisa memberikan proteksi untuk tubuh," terang Indra yang merupakan bagian tim uji klinik yang mengecek antibodi respons dari orang yang sudah divaksinasi oleh kandidat vaksin di Universitas Oxford.

Setelah fase II lolos, para ilmuwan akan melonjutkan uji klinik ke fase III.

Dalam uji klinik fase III, para ilmuwan akan melibatkan responden dalam jumlah lebih besar. Hal ini untuk menggambarkan populasi sebenarnya di dalam komunitas.

"Dari fase III, biasanya akan masuk ke tahapan registrasi dan setelah disetujui oleh Badan POM kalau di Indonesia, di AS oleh FDA, dan di Eropa juga ada badan pengawas obatnya, barulah vaksin tersebut dapat digunakan oleh manusia," ungkapnya.

Tahapan-tahapan inilah yang membuat penemuan vaksin membutuhkan waktu panjang dan tidak bisa dilakukan hanya dalam satu sampai dua bulan saja.

Para ilmuwan harus benar-benar memastikan bahwa vaksin aman digunakan untuk manusia, dan mengetahui apa saja efek samping yang akan ditimbulkan dari kandidat vaksin tersebut.

"Biasanya seluruh proses rangkaian ini, dari pre-clinical (uji pra klinik) sampai clinical (uji klinik) Fase III dilakukan bisa sampai 5 tahun," ungkap Indra.

"Namun dalam masa pandemik ini, ada upaya-upaya yang bisa dilakukan, sehingga proses pengembangan vaksin bisa dilakukan secepat mungkin. Dan 18 bulan itu waktu yang ditargetkan untuk vaksin Covid-19 bisa dihasilkan," tutupnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/17/160200223/butuh-waktu-lama-bagaimana-cara-ilmuwan-menemukan-vaksin-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke