KOMPAS.com - Kurva Covid-19 di Indonesia diklaim mulai melambat oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, berdasarkan laju data yang dilaporkan setiap harinya oleh pemerintah.
Ahli biostatistik Eijkman Oxford Clinical Research Unit, Iqbal Elyazar, memberikan catatan pada kurva Covid-19 yang disampaikan pemerintah. Salah satunya terkait jumlah tes atau pemeriksaan pada orang yang berisiko tertular Covid-19.
Baca juga: [UPDATE] - Pergerakan Data Harian Covid-19 di Indonesia
Rasio test Covid-19 di Indonesia disebutnya sangat rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Padahal test ini sangat penting bagi salah satu indikator dalam kurva epidemi yang terkait dengan jumlah kasus baru.
Semakin banyak pemeriksaan untuk menemukan orang yang positif Covid-19, maka semakin baik kurva epidemi menjelaskan realitas yang sedang terjadi.
Dengan kata lain, besaran jumlah orang yang diperiksa menentukan seberapa besar derajat kepercayaan terhadap kurva epidemi tersebut.
Baca juga: Ahli: Pemerintah Perlu Buat Kurva Epidemiologi Covid-19 Sesuai Standar
"Perlu melihat rasio tes terhadap populasi berisiko. Ada beberapa negara yang populasinya besar dan tidak. Rasio ini akan menunjukkan seberapa intens pemeriksaannya," kata Iqbal dalam diskusi online "Mengenal Kurva Epidemi Covid-19", Sabtu (10/5/2020).
Dia menjelaskan, Italia memiliki rasio pemeriksaan 39 orang per 1.000 penduduk dengan PCR. Intensitas pemeriksaannya mulai meningkat tajam pada akhir Maret 2020.
Amerika Serikat dengan rasio 24 orang per 1.000 penduduk, peningkatan tes terjadi mulai akhir Maret 2020. Korea Selatan tercatat 12 orang per 1.000 penduduk, intensitas pemeriksaan terus meningkat sejak akhir Februari 2020.
Baca juga: Kurva Covid-19 di Indonesia Melandai, Apa yang Salah dari Datanya?
Malaysia memiliki rasio 7 orang per 1.000 penduduk dengan peningkatan pemeriksaan mulai terlihat pada akhir Maret 2020. Rasio Vietnam tercatat 2,7 orang per 1.000 penduduk, yang pemeriksaannya mulai meningkat pada akhir Maret 2020.
India memiliki rasio 1 orang per 1.000 penduduk, intensitas pemeriksaan mulai meningkat di akhir April 2020 meski tak signifikan.
Sementara Indonesia, rasio pemeriksaannya 0,4 orang per 1.000 penduduk. Intensitas pemeriksaan cukup landai, meningkat pada awal Mei 2020 meski tak signifikan.
Iqbal membandingkan data tersebut, antara Indonesia dengan Vietnam yang juga negara berkembang di Asia Tenggara namun dinilai sukses mengendalikan penularan Covid-19. Cakupan pemeriksaan Vietnam 10 kali lipat dari Indonesia.
Data lainnya, dari sekitar 8.000 orang yang diperiksa, Vietnam menemukan 1 kasus positif Covid-19. Sedangkan Indonesia, dari 7 orang diperiksa, 1 kasus positif langsung ditemukan.
Artinya, klaim bahwa kasus baru telah turun di Vietnam lebih meyakinkan karena mereka telah berusaha keras mencari satu kasus positif saja. Sedangkan di Indonesia, satu kasus positif ditemukan cukup dengan memeriksa 7 orang.
"Dengan kata lain, masih banyak orang yang terinfeksi tetapi belum diperiksa," katanya.
Baca juga: Di Tengah Pandemi Corona, Kapan Ibu Hamil Sebaiknya Kontrol Kandungan?
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.