Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Hiu Paus Mampu Hidup Lebih dari 50 Tahun

Kompas.com - 07/04/2020, 09:02 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah penelitian berhasil mengonfirmasi bahwa hiu paus (Rhincodon typus) mampu hidup hingga 50 tahun lebih.

Temuan tersebut berdasarkan studi yang dilakukan pada sampel tulang belakang yang didapat dari pasar hiu Taiwan sebelum ditutup pada 2007 dan hiu dewasa yang mati terdampar di Pakistan.

Peneliti menggunakan bantuan karbon radioaktif yang disebut karbon-14 untuk menentukan usia pada sampel hiu paus.

Baca juga: Pertama dalam Sejarah, Peneliti Abadikan Momen Hiu Paus Kawin

Berdasarkan analisis, ahli menemukan jika "pita" pertumbuhan terdalam hiu terbentuk pada tahun 1972. "Pita" inilah yang dapat dipakai untuk menunjukkan usia hiu paus.

"Penggunaan radiokarbon sebagai validasi usia ikan untuk pertama kalinya kami terapkan pada tulang belakang hiu paus," kata Joyce Ong, peneliti dari Rutgers University seperti dikutip dari Gizmodo, Senin (6/4/2020).

Lebih lanjut, mengetahui seberapa lama binatang hidup menjadi bagian penting dari konservasi.

Hiu Paus (Whale Shark) di DerawanSHUTTERSTOCK Hiu Paus (Whale Shark) di Derawan

"Mengetahui umur dan ukuran ikan menjadi parameter penting untuk pengelolaan di masa depan karena memberi tahu seberapa tangguh dan cepat spesies dapat pulih dari ancaman seperti penangkapan berlebih," tambah Mark Meekan, peneliti di Australian Institute of Marine Science.

Hiu Paus sendiri tumbuh sangat lambat untuk mencapai ukuran dewasa, setidaknya membutuhkan waktu selama 30 tahun. Ini artinya populasi hiu paus tidak mungkin pulih dengan cepat jika jumlahnya berkurang.

Sebelumnya, menentukan berapa lama hiu dapat hidup di lautan bukan perkara mudah.

Ini lantaran mereka tidak memiliki struktur tulang yang disebut otolith pada telinga yang dapat digunakan untuk menghitung usia ikan.

Usia hiu dapat ditentukan berdasarkan pertumbuhan pada tulang rawan kartilaginanya.

Namun cicin pertumbuan ini akan berbeda-beda pada setiap spesiesnya, mungkin pula dapat berhenti terbentuk setelah kematangan seksual.

Penelitian ini telah dipublikasikan di Frontiers in Marine Science.

Dilansir New Scientist, Senin (6/4/2020), pada tahun 2016, sebuah studi menggunakan metode yang sama melaporkan bahwa hiu Greenland adalah vertebrata hidup terpanjang, mungkin hidup selama 500 tahun.

Spesies ini memiliki rentang hidup yang ekstrem, tapi studi itu jelas mengatakan bahwa hiu Greenland bisa hidup lebih dari satu abad.

Baca juga: Studi Baru Sebut Manusia Purba Makan Hiu dan Lumba-Lumba

Sekilas tentang hiu paus

Dalam artikel Kompas.id berjudul "Mengenal Kehidupan Hiu Paus" disebutkan bahwa mamalia laut ini merupakan salah satu megafauna terbesar di dunia.

Hiu paus merupakan mamalia laut yang banyak menghabiskan waktu di dekat permukaan.

Persiapan nekropsi (semacam otopsi untuk jasad manusia) pada hiu paus yang terdampar di Pantai Congot, Kulon Progo, DI Yogyakarta.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Persiapan nekropsi (semacam otopsi untuk jasad manusia) pada hiu paus yang terdampar di Pantai Congot, Kulon Progo, DI Yogyakarta.

Di wilayah Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), masyarakat setempat mengenal makhluk ini dengan nama gurano bintang yang berarti hiu yang memiliki motif mirip bintang-bintang di tubuhnya.

Nenek moyang masyarakat TNTC menyebut hiu paus dengan julukan ”Ikan Hantu”. Ukurannya besar, pendiam, tetapi berani mendekat ke manusia.

Sekarang, sebagian masyarakat sudah merasa memiliki dan berusaha turut menjaga kelestarian gurano bintang di wilayah TNTC.
Salah satu bentuknya berupa larangan adat dalam perburuan hiu paus.

Masyarakat mulai sadar bahwa megafauna ini merupakan salah satu daya tarik di TNTC.

Uniknya lagi, “hiu geger lintang” ini dapat dijumpai setiap hari, terutama di wilayah Kwatisore, Teluk Wondama, Papua Barat.

Hiu paus memiliki pola totol-totol putih dan garis di kulitnya yang cenderung berwarna keabuan.

Pola totol-totol ini unik untuk setiap individu sehingga dijadikan dasar untuk melakukan identifikasi seperti halnya sidik jari manusia.

Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com