Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Astronot Laki-laki Lebih Banyak daripada Perempuan?

KOMPAS.com - Astronot-astronot dalam berbagai misi luar angkasa semakin banyak diberangkatkan untuk berbagai tujuan.

Namun pernahkah memperhatikan, di antara sekian misi tersebut, astronot laki-laki lah yang paling sering bertugas menjalankannya dibandingkan dengan perempuan.

Lantas, mengapa lebih banyak astronot laki-laki dibandingkan perempuan?

Ternyata ada alasan khusus di balik pertanyaan tersebut.

Dilansir dari Live Science, Minggu (28/5/2023) setiap hari Bumi dikepung oleh radiasi pengion, gelombang berenergi tinggi yang dapat menghilangkan elektron dari atom-atom dalam tubuh.

Paparan radiasi pengion tingkat tinggi dapat menyebabkan radiasi dan kanker. Untung saja, magnetosfer dan atmosfer Bumi mencegah hampir semua radiasi itu mencapai permukaan planet.

Kendati di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), meski dilindungi magnetosfer, namun tempat ini tidak terlindung dari dari atmosfer, para astronot pun berisiko terpapar radiasi pengion tingkat tinggi.

Potensi radiasi di luar angkasa ini dapat meningkatkan risiko terkena kanker selama karier para astronot yang mengemban misi ke luar angkasa.

Pada tahun 1989, NASA membuat batas dosis efektif untuk karir astronot berdasarkan pada risiko kematian akibat kanker sebesar 3 persen dalam seumur hidup.

Risiko itu kemudian dievaluasi dengan skala geser berdasarkan usia dan jenis kelamin.

Untuk astronot perempuan adalah sebesar 180 milisieverts (mSv) radiasi untuk batas karir berusia 30 tahun. Sementara untuk laki-laki adalah 700 mSV dengan usia hingga 60 tahun.

Jadi mengapa batas karis paparan radiasi untuk astronot perempuan lebih rendah daripada astronot laki-laki?

Lebih banyak astronot laki-laki daripada perempuan

Menurut R. Julian Prseton, seorang pegawai pemerintah khusus di divisi Perlindungan Radiasi Badan Perlindungan Lingkungan A.S., ambang radiasi NASA yang lebih rendah untuk astronot wanita didasarkan pada temuan ini.

Menurut Preston, perempuan lebih sensitif terhadap radiasi pengion daripada laki-laki.

Hal itu berimbas ketika perempuan dan laki-laki terpapar radiasi tingkat tinggi untuk periode yang sama, perempuan memiliki lebih dari dua kali risiko untuk mengembangkan kanker paru-paru.

Batas karir ini membuat mantan kepala korps astronot NASA Peggy Whitson pada tahun 2018 secara terbuka menyuarakan kekesalannya terhadap batas radiasi untuk astronot perempuan yang membuatnya pensiun pada usia 57 tahun.

Namun ambang batas radiasi ini diperkirakan akan berubah dalam waktu dekat. Pada tahun 2021, NASA berencana untuk mengubah batas radiasi karir menjadi 600 mSV untuk semua astronot dari segala usia.

Dosis 600 mSv ini diterjemahkan menjadi paparan yang diterima astronot selama empat ekspedisi enam bulan di ISS.

Sebagai perbandingan, rata-rata dosis radiasi tahunan yang diterima seseorang di Bumi adalah sekitar 3,6 mSv. Jumlah ini tentu sangat kecil dibanding radiasi per tahun astronot di ISS.

Dengan demikian, astronot perempuan yang melakukan misi ke luar angkasa tetap bisa memiliki karir yang panjang.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/05/28/180400823/mengapa-astronot-laki-laki-lebih-banyak-daripada-perempuan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke