Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Teleskop James Webb Akan Pelajari Dua 'Bumi Super', Bagaimana Rencana Studinya?

Konsorsium ilmiah teleskop memiliki agenda mempelajari geologi di planet-planet kecil tersebut, dengan jarak dari 50 tahun cahaya.

Menurut para ilmuwan, seperti dikutip dari Space, Kamis (2/6/2022) pekerjaan baru ini akan menjadi sesuatu yang besar bagi observatorium, yang akan keluar dari commissioning dalam beberapa minggu ke depan.

Planet berbatu lebih sulit dilihat dibandingkan gas raksasa dalam teknologi teleskop saat ini. Hal tersebut dikarenakan kecerahan relatif planet yang lebih kecil di sebelah bintang dan ukurannya yang relatif kecil.

Namun, cermin kuat teleskop James Webb dan lokasi luar angkasa seharusnya memungkinkannya untuk memeriksa dua planet yang sedikit lebih besar dari Bumi, yang dikenal sebagai "Bumi Super."

Seperti diketahui, tak satu pun dari dunia ini yang dapat dihuni, tapi pembuktiannya masih bisa dilakukan dengan penyelidikan untuk studi mendalam di masa depan.

Dua planet mirip Bumi di luar Tata Surya yang disorot dalam penelitian yang akan dilakukan Teleskop Luar Angkasa James Webb ini termasuk 55 Cancri e yang sangat panas dan tertutup lava serta LHS 3844 b yang tidak memiliki atmosfer substansial.

Sebagai informasi, 55 Cancri e mengorbit bintang induknya pada jarak 1,5 juta mil (2,4 juta km), sekitar empat persen dari jarak relatif antara Merkurius dan matahari.

Exoplanet ini hanya mengelilingi bintangnya sekali setiap 18 jam, dengan suhu permukaan tanur tinggi di atas titik leleh pada sebagian besar jenis batuan.

Para ilmuwan juga berasumsi bahwa planet ini terkunci secara pasang surut ke bintang, yang berarti satu sisinya menghadap matahari yang terik, meskipun pengamatan dari Teleskop Luar Angkasa Spitzer NASA menunjukkan zona terpanas mungkin sedikit diimbangi.

Peneliti menambahkan, panas yang diimbangi mungkin dikarenakan atmosfer tebal yang dapat memindahkan panas di sekitar planet 'Bumi Super' yang akan diamati teleskop James Webb ini, atau karena hujan lahar di malam hari dalam proses yang menghilangkan panas dari atmosfer.

Sebagai informasi, lava malam hari juga menunjukkan siklus siang-malam, yang mungkin disebabkan oleh resonansi 3:2, atau tiga rotasi untuk setiap dua orbit, seperti yang terlihat di Merkurius.

Dua tim akan menguji hipotesis ini, dengan satu tim yang dipimpin oleh ilmuwan peneliti Renyu Hu dari Jet Propulsion Laboratory NASA akan memeriksa emisi termal planet untuk tanda-tanda atmosfer.

Sedangkan tim kedua yang dipimpin seorang profesor dari Universitas Stockholm oleh Alexis Brandeker, akan mengukur panas pancaran dari sisi menyala 55 Cancri e.

Adapun LHS 3844 b merupakan pengorbit dekat, bergerak mengelilingi bintang induknya hanya sekali setiap 11 jam.

Namun, bintangnya lebih kecil dan lebih dingin daripada 55 Cancri e, sehingga permukaan planet kemungkinan jauh lebih dingin, dan pengamatan Spitzer menunjukkan kemungkinan tidak ada atmosfer substansial di planet ini.

Sebuah tim yang dipimpin oleh astronom Laura Kreidberg di Institut Astronomi Max Planck berharap dapat menangkap sinyal permukaan menggunakan spektroskopi, di mana panjang gelombang cahaya yang berbeda menunjukkan elemen yang berbeda.

Spektrum emisi termal sisi siang hari planet akan dibandingkan dengan batuan yang dikenal seperti basal dan granit, untuk melihat apakah mereka dapat menyimpulkan komposisi permukaan.

Kedua investigasi akan memberikan perspektif baru yang fantastis mengenai planet mirip Bumi, membantu mempelajari seperti apa Bumi awal saat masih panas.

Saat ini, teleskop James Webb bekerja melalui prosedur komisioning tahap terakhir seperti melacak target di tata surya untuk menguji kekuatan cermin dan penyelarasan instrumennya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/02/070200323/teleskop-james-webb-akan-pelajari-dua-bumi-super-bagaimana-rencana

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke