Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Awan Pelangi di Tokyo, Bisakah Fenomena Ini Terjadi di Indonesia?

KOMPAS.com- Awan pelangi yang dikenal dengan Cloud iridescence atau irisation sedang viral dan tertangkap layar di langit Tokyo.

Diwartakan oleh Odditycentral pada (30/6/2020), penampakan awan yang tampak berwarna-warni seperti pelangi itu tertangkap layar kamera masyarakat pada (26/6/2020).

Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin mengungkapkan fenomena penampakan awan berwarna seperti pelangi itu dikenal dengan Cloud iridescence atau irisation.

"Ini (Cloud iridescence atau irisation)merupakan fenomena optik di awan yang biasa," kata Miming kepada Kompas.com, Jumat (3/7/2020).

Bagaimana Cloud iridescence atau irisation terjadi?

Dituturkan Miming, irisation ini dapat terbentuk karena adanya difraksi (pantulan) dari sinar Matahari yang mengenai tetes air atau kristal es yang sangat kecil dan seragam bentuknya dalam sistem awan.

Utamanya ini terjadi pada sistem awan yang masih relatif tipis atau baru tumbuh, karena pada kondisi tersebut umumnya komposisi awan masih didominasi parameter tetes air atau kristal es yang sangat kecil dan seragam bentuknya.

"Umumnya ukuran tetes air atau kristal es di awan yang dapat menyebabkan fenomena ini sangat kecil dan seragam bentuknya," ujar dia.

Sedangkan, ukuran kristal es yang lebih besar tidak menghasilkan warna-warni.

Akan tetapi dapat menyebabkan fenomena lain yaitu berupa lingkaran cahaya yang terlihat seperti mengelilingi Matahari atau yang dikenal cincin Matahari atau Halo.

Alhasil, fenomena irisation ini warnanya yang tampak seperti pelangi itu, tepatnya menyerupai warna-warni seperti yang terlihat dalam gelembung sabun atau minyak pada permukaan air.


Bisakah terjadi di Indonesia?

Fenomena awan pelangi atau irisation ini jarang bisa diisukan terlihat di langit Indonesia.

Akan tetapi, kata Miming, bukan berarti fenomena ini tidak bisa terjadi di langit Indonesia.

"Kemungkinannya bisa saja terjadi, meskipun sangat jarang," kata dia.

Hal itu dikarenakan adanya faktor-faktor pembentuknya yang sama, yaitu tipe-tipe awan, beserta komposisi kristal es yang sangat kecil dan seragam.

Sementara itu, fenomena awan pelangi ini sendiri bisa terjadi tidak harus setelah hujan.

"Kalau setelah hujan itu biasanya rainbow atau pelangi namanya. Tapi, kalau yang kita bahas itu adalah awan yang warna-warni," jelasnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/04/160200823/awan-pelangi-di-tokyo-bisakah-fenomena-ini-terjadi-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke