Oleh: Kol. (Purn) Drs. Nur Chamdani*
SEPERTI menampung air mata, banyak rumah sakit kerap menjadi tumpahan tangis kaum papa. Duka mereka yang gagal menebus kesembuhan di ruang-ruang perawatan, karena tak memiliki dana. Luka mereka yang kerap semakin menganga, karena tak punya biaya.
Sebagai salah satu lembaga pemerintah nonstruktural, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), turut hadir mewakili negara untuk membantu mereka agar mampu keluar dari problema yang mendera. Dengan membangun program-program layanan berbasis zakat, infak, sedekah (ZIS serta dana sosial dan keagamaan lainnya (DSKL).
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Piramid, Tempat Firaun Melihat Tuhan?
Sebut saja kisah, Darajat (10 tahun), bocah yang dirawat di sebuah RS karena demam berdarah dengue (DBD) dan harus diopname setelah mengalami kejang selama empat hari. Demi kesembuhan anak, sang ayah meminjam uang tetangga untuk biaya pengobatan yang saat itu tak bisa ditanggung asuransi.
Kisah yang ditulis Baznas.go.id pada 15 November 2019 ini, mencatat, pihak keluarga berusaha keras mencari bantuan untuk pelunasan biaya yang terutang.
Mendapatkan informasi ini, Tim Layanan Aktif BAZNAS (LAB) bergerak memberikan pertolongan dengan melunasi tunggakan. Pihak keluarga pun merasa lega, ketika Darajat yang sembuh setelah lama dirawat, diperbolehkan pulang.
Pengalaman sama dirasakan Ibu Ihat Solihat (27 tahun), penderita kanker anus yang tak dapat lagi beraktivitas maksimal. Awal tahun 2020, ia mulai merasakan sakit di bagian pinggul yang berujung pendarahan.
Hasil diagnosa dokter menyatakan ia mengidap kanker, sehingga harus dirujuk ke sejumlah rumah sakit, karena harus menjalani biopsi dan serangkaian radiasi. Ihat mendapat 25 kali penjadwalan di Rumah Sakit Siloam MRCCC, Semanggi, Jakarta.
Sang suami yang tak bekerja lagi karena rutin mendampingi berobat, menyebabkan Ihat terpaksa berutang ke tetangga dan saudara. Total pinjaman jutaan rupiah itu, untuk memenuhi kebutuhan selama tinggal di kontrakan dekat rumah sakit.
Baca juga: Zakat dan Pelipur Lara Agar Warteg Kembali Berdaya
Tim LAB memberikan respons cepat dengan mendatangi Ihat untuk melihat perkembangan kondisinya. Kemudian memeriksa kebutuhannya dan mendistribusikan kantung kolostomi yang merupakan penunjang utama menuju kesembuhannya.
Beberapa tahun lalu, BAZNAS pernah bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, untuk membantu mustahik yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) kelas 3 dan menunggak selama minimal tiga bulan.
Untuk membantu peserta JKN-KIS yang tidak mampu tersebut, BPJS Kesehatan bersama BAZNAS meluncurkan program urun dana (crowdfunding) berbasis donasi. Ini diharapkan bisa melibatkan masyarakat secara luas untuk bergotong-royong mendukung program mulia tersebut.
Untuk mempermudah publik luas berpartisipasi mengikuti program, BAZNAS menyiapkan sejumlah saluran donasi antara lain, saluran digital, e-commerce, platform BAZNAS, media sosial, membuka konter dan transfer ATM.
Kini, banyak kisah-kisah yang dirangkum BAZNAS terkait upaya membantu mustahik mengkases layanan kesehatan.
Apalagi di era pandemi, sehat menjadi sesuatu yang mahal. Setiap orang harus berjuang menerapkan protokol Covid-19 dan menjaga imunitas tubuh agar tetap fit. Inilah yang mendorong BAZNAS, membuat solusi dan inovasi mengatasi dampak wabah virus corona itu.