Orang yang mengenal dirinya akan senantiasa menjalankann segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Kerinduannya kepada Allah diaplikasikan dengan mengerjakan shalat lima waktu, puasa, bersedekah, dan sunnah-sunnah lainnya.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Al-Quran, Dzikir, dan Tajali
Penghambaan dirinya kepada Sang Khaliq ditempatkan pada porsi utama kehidupannya. Hidup dan matinya semata-mata untuk melakukan pengabdian kepada Allah SWT.
Semua ini dilakukannya sebagai bentuk pelaksanaan firman Allah SWT: “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam”. (Qs. Al An’am : 162).
Sekalipun kita telah mengetahui dan teguh dalam kebenaran iman dan jalan Allah, namun terkadang kita melupakan kewajiban bersama untuk selalu saling mengingatkan, agar menempuh jalan ke-Tuhan-an di manapun kita berada.
Selagi Allah SWT memberikan kehidupan, kita seringkali lupa bahwa kekuatan, kehebatan, jabatan, popularitas, dan kekayaan yang kita peroleh, tidak akan berguna manakala Allah mencabut nyawa kita.
Apa yang kita raih di dunia tidak akan dapat menolong kita dari siksa manakala hidup kita penuh dengan kesombongan, kebencian, kedengkian dan kemunafikan.
Pertolongan Allah SWT akan jatuh kepada orang yang memiliki sifat–sifat yang menyelamatkan. Dalam pandangan sufi, sifat-sifat yang menyelamatkan itu mencakup taubat dan menyesali dosa-dosanya, sabar atas segala anugerah dan ujian Allah, syukur atas segala nikmat-Nya, takut kepada Allah, berprasangka baik kepada Allah, zuhud pada dunia, ikhlas dan cinta kepada Allah, benar dalam menjalankan segala amal, khusu’ dan tawaddu’ karena-Nya, dan beriman serta beramal saleh.
Orang yang beriman dan beramal saleh, merekalah yang sebenarnya merasakan manisnya kehidupan dan kebahagiaan karena hatinya yang selalu tenang, berbeda dengan orang-orang yang lalai dari Allah yang selalu merasa gelisah.
Walaupun mungkin engkau melihat kehidupan mereka begitu sederhana, bahkan sangat kekurangan harta. Namun jika engkau melihat jauh, engkau akan mengetahui bahwa merekalah orang-orang yang paling berbahagia.
Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97).
Dalam ayat yang lain Allah berfirman: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui.” (QS. An Nahl: 41).
Firman Allah di atas mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menjadikan hidup ini sebagai ladang penggembalaan dunia dengan segala macam amal kebajikan, sebagai sarana dan bekal memperoleh kebaikan diakhirat.
Agar puasa kita senantiasa menjadi sarana hidup di jalan Allah SWT, ada beberapa hal yang penting kita lakukan, yaitu:
Pertama , hendaknya kita meluruskan niat hidup, semata-mata karena Allah. Kedua, menjadikan Al Quran (membaca dan memahaminya) sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ketiga, meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kepada Allah di manapun kita berada. Keempat, perbanyak bergaul dengan orang-orang saleh. Kelima, perbanyak berdzikir dan mengingat Allah SWT. Keenam, jadikah taqwa sebagai bekal hidupmu di dunia dan akhirat.
Dengan demikian, Insya Allah puasa kita akan menjadi sarana terbaik untuk menggapai hidup di jalan Allah SWT. Aamiin. (Dr H Muhammad Faesal, MH, MPd, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU))
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.