Oleh Dr. H. Muhammad Faesal, MH., M.Pd*
TUJUAN utama puasa ramadahan adalah menjadi insan yang bertakwa. Puasa ramadhan mengajarkan manusia untuk senantiasa menjaga panca inderanya dari berbagai perbuatan yang kotor dan tidak terpuji.
Ramadhan mengajarkan bahwa orang yang berpuasa akan selalu menjaga hati dan jiwanya dari segala perbuatan dan perkataan yang tidak berguna.
Orang yang berpuasa akan selalu menjaga lidahnya, mulutnya, dan telinganya dari perkataan dan pendengaran yang sia-sia. Rasulullah SAW bersabda, “Puasa merupakan perisai dari perbuatan yang sia-sia dan dosa”. (HR. Muslim).
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Korupsi dan Ketiadaan Ruh dalam Puasa
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa menghindar diri dan dari komunikasi dan interakasi dengan orang lain, dan dalam setiap interaksi bisa muncul emosi, baik yang menyenangkan maupun sebaliknya.
Ketika seseorang dihadapkan pada informasi atau perlakuan tertentu dari orang lain, maka secara spontan, emosinya akan memberikan respons terhadap informasi yang didengarnya ataupun perlakuan yang diterimanya.
Respons itulah yang membedakan mana orang yang bisa mengendalikan emosi dan mana orang yang lebih banyak dikendalikan oleh emosinya.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Menggapai Ridlo Allah SWT
Orang yang berpuasa diperintahkan untuk menjaga kesucian puasanya dengan cara bersabar dan menahan amarahnya. Menjaga sikapnya dari berbagai perbuatan yang bisa merusak puasanya.
Puasa mengharuskan kita tidak mudah terpancing oleh berbagai provokasi dan caci maki terhadap siapapun, dan bahkan kita tidak boleh marah jika diajak berkelahi oleh orang lain.
Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa itu adalah perisai, apabila seseorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula berbuat fasik. Jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya, maka hendaklah ia berkata 'sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa'". (HR. Bukhari Muslim).
Orang yang bisa mengendalikan emosi akan memberikan respons yang wajar atas setiap perlakuan dan informasi yang diterimanya dari orang lain.
Sekuat apapun emosi yang timbul dari informasi atau perlakuan orang lain, akan dihadapi dengan penuh kebijaksanaan dan tentunya dengan kepala dingin.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Islam Agama Lapang di Tengah Pandemi Covid-19
Namun sebaliknya, orang yang lebih banyak dikendalikan oleh emosinya, biasanya berperilaku meledak-ledak dan mudah marah serta kurang pertimbangan dan kebijaksanaan, sehingga segala tindakan dan perbuatannya sering sulit untuk dikendalikan.
Salah satu hakekat dari ibadah puasa adalah pengendalian emosi. Emosi di sini kita maknai sebagai pergolakan pemikiran, perasaan, nafsu dan atau setiap keadaan mental (psikologis) yang hebat dan meluap-luap.