KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 yang telah berjalan lebih dari dua tahun berdampak pada berbagai sektor kehidupan.
Salah satu efek yang kurang mendapatkan perhatian adalah meningkatnya penggunaan energi rumah tangga.
Sebelum merebaknya corona, banyak anjuran untuk memperhatikan ventilasi rumah yang tidak terlihat, seperti celah pintu, jendela dan cerobong asap karena bisa menyebabkan banyak pendingin atau pemanas ruangan yang terbuang sia-sia.
Hal ini juga disebut berdampak positif bagi sebagian orang yang memiliki alergi atau gangguan pernapasan agar menjaga udara di dalam rumah tetap bersih.
Akan tetapi, setelah virus corona merebak, muncul anjuran untuk memaksimalkan penggunaan ventilasi di rumah agar sirkulasi udara tetap terjaga dengan baik.
Baca juga: Kebutuhan Listrik Capai 1.800 TWh pada 2060, Ini Solusi yang Ditawarkan
Otoritas Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, Pusat Pengendalian Penyakit dan Pemerintah New South Wales menyarankan agar jendela tetap terbuka untuk mengurangi risiko penularan Covid-19 melalui udara.
Oleh karena itu, pendingin dan pemanas ruangan harus bekerja lebih keras sehingga penggunaan energi rumah tangga juga turut mengalami peningkatan.
Tercatat terjadi peningkatan penggunaan energi rumah tangga yang berasal dari pemanas dan pendingin selama pandemi yakni sebesar 40 persen.
Peningkatan tersebut juga ditambah dengan penggunaan pembersih udara filter HEPA yang direkomendasikan untuk menyaring asap dari rumah.
Survei Perilaku Konsumen Energi belum lama ini menemukan bahwa 11 persen rumah tangga di seluruh Australia telah memiliki satu atau lebih dehumidifier.
Baca juga: Kapan Rumah Perlu Menggunakan Dehumidifier?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.