Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/09/2021, 06:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Cirebon, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya adalah kota-kota pesisir utara Jawa yang paling rawan terhadap penurunan tanah atau land subsidence ekstrem hingga tahun 2050.

Penurunan muka tanah di Pekalongan paling tajam yakni 2,1 cm sampai 11 cm per tahun, disusul Surabaya dengan 0,3 cm sampai 4,3 cm per tahun.

Kemudian Semarang berkisar 0,9 cm hingga 6 cm per tahun, dan Kota Cirebon antara 0,1 cm hingga 4,3 cm per tahun.

Sementara Bandung dan DKI Jakarta, masing-masing berkisar 0,1 cm-4,3 cm per tahun dan 0,1-8 cm per tahun.

Baca juga: Ini Langkah Mitigasi agar Jakarta Tak Tenggelam

Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan mengungkapkan hal itu dalam diskusi virtual bertajuk Ancaman Tenggelamnya Kota Pesisir Pantai Utara Jawa, Apa Langkah Mitigasinya?, Kamis (16/9/2021).

Kondisi morfologi daerah pesisir yang relatif datar membuat hampir seluruh aktivitas pembangunan infrastruktur jalan dan perekonomian dipusatkan di utara Jawa.

Hal itulah yang menjadikan tanah terbebani. Sebab, keberadaan bangunan dan penggunaan air tanah menjadi lebih intensif dibandingkan dengan wilayah lain.

Selain itu, penurunan muka tanah ini, menurut Eddy, juga disebabkan laju kenaikan air laut. Meskipun belum tinggi, namun, dia mencoba melakukan penghitungan lain.

"Saya mencoba menghitung dan hasilnya ketemu sekitar 0,25 meter atau 25 cm pada 2050 mendatang (kenaikan muka air laut global). Jakarta mungkin lebih dari itu," kata Eddy.

Baca juga: Fenomena Tanah Ambles dan Prediksi Jakarta Tenggelam

Menurut Eddy, terkait skenario data, perlu kehati-hatian. Karena masih perlu kajian lebih lanjut dengan simulasi lengkap dan spesifik sesuai dengan kondisi Indonesia. Khususnya kawasan Pantura.

Fenomena turunnya permukaan tanah di pesisir utara Pulau Jawa lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan selatan Jawa yang struktur geologinya cenderung berbukit.

"Untuk itu, upaya mitigasi dengan kebijakan penggunaan air tanah, penanaman mangrove, dan pencegahan perusakan lingkungan harus segera dilakukan," cetusnya.

Oleh karena itu, terendamnya kota-kota di pesisir Pantura Jawa patut menjadi perhatian serius. Hal itu berpotensi terjadi seiring dampak dari perubahan iklim.

Perubahan iklim yang dimaksud yakni terjadinya kenaikan permukaan air laut serta pergeseran tektonik.

Baca juga: Biden Sebut Jakarta Tenggelam 10 Tahun Lagi, Apa Solusi Pemerintah?

Pakar Iklim dan Meteorolog BRIN dan Wakil Ketua Kelompok Kerja I IPCC Edvin Adrian menyampaikan, proyeksi menunjukkan bahwa permukaan laut regional rata-rata terus meningkat setiap tahunnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com