Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/09/2021, 07:00 WIB
Muhdany Yusuf Laksono,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah kota di kawasan Pantura Jawa, termasuk DKI Jakarta diprediksi akan terendam air laut. Setidaknya pada 2050 mendatang.

Dengan waktu yang ada saat ini, sejumlah ahli menyarankan beberapa langkah mitigasi agar hal tersebut tak sampai terjadi.

Pakar Iklim dan Meteorolog Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Wakil Ketua Kelompok Kerja I IPCC Edvin Adrian mengatakan, menekan penggunaan air tanah pada sumur-sumur di lahan masyarakat bisa mengantisipasi terjadinya land subsidence atau penurunan muka tanah.

"Menyetop pengambilan air tanah dari sumur-sumur penyedotan," kata Edvin dalam diskusi virtual bertajuk Ancaman Tenggelamnya Kota Pesisir Pantai Utara Jawa, Apa Langkah Mitigasinya? pada Kamis (16/09/2021).

Baca juga: Muka Tanah Pekalongan Turun Paling Tajam, hingga 11 Cm Per Tahun

Sebab, fungsi air di dalam tanah yakni menopang permukaan. Jika volume air habis, maka akan terjadi penurunan muka tanah alias ambles.

"Artinya Pemda harus bisa menyediakan PAM cukup air untuk kehidupan di kota," jelasnya.

Selain itu, perlu memastikan situ-situ penampungan air di wilayah untuk cadangan air. Hal ini tentu berlaku juga untuk Jakarta.

"Karena tata ruang kota yang modern baiknya seperti itu. Misalnya di Melbourne," ujar dia.

Menurut Edvin, langkah mitigasi yang sempurna yakni menyediakan sarana dan prasarana air bagi masyarakat agar tidak mengambil air dari tanah.

Baca juga: Mengkhawatirkan, Muka Tanah Cirebon, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya Turun Paling Ekstrem

Sementara itu, Peneliti Ahli Utama BRIN Eddy Hermawan menyampaikan, langkah yang efektif untuk menanggulangi potensi kawasan perkotaan di pesisir Pantura Jawa terendam air laut yakni dengan mengembalikan tata lingkungan yang sesuai.

"Tanggul (di Jakarta) efektif? Untuk jangka pendek iya, tapi jangka panjang baiknya kembalikan ke tata lingkungan yang baik," ujarnya.

Dia mencontohkan pembuatan hutan mangrove di pesisir Pantura Jawa. Sebab, keberadaannya mampu meredam terjangan air laut untuk memasuki kawasan pesisir.

"Mengembalikan mangrove. Paling tidak bisa meredam lelehnya es di kutub (perubahan iklim)," imbuhnya.

Menurut Eddy, menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terkait menjaga lingkungan juga sangat penting. Karena bisa memberi kerugian sangat besar bagi kehidupan.

"Global warming ini akan menjadi silent killer, tidak nampak tapi akan sangat terasa dampaknya," tuturnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com