Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengkhawatirkan, Muka Tanah Cirebon, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya Turun Paling Ekstrem

Kompas.com - 17/09/2021, 06:00 WIB
Muhdany Yusuf Laksono,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ancaman terendamnya kota-kota di pesisir Pantura Jawa patut menjadi perhatian serius. Hal itu berpotensi terjadi seiring dampak dari perubahan iklim.

Perubahan iklim yang dimaksud yakni terjadinya kenaikan permukaan air laut serta pergeseran tektonik.

Faktor lain yang berpengaruh seperti land subsidence atau penurunan muka tanah dan kondisi wilayah dengan tanah landai, empuk, serta ada teluk.

Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim tahun 2021, kawasan Asia Tenggara akan mengalami dampak yang cukup mengkhawatirkan.

Pakar Iklim dan Meteorolog Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Wakil Ketua Kelompok Kerja I IPCC Edvin Adrian menyampaikan, proyeksi menunjukkan bahwa permukaan laut regional rata-rata terus meningkat setiap tahunnya.

Baca juga: Muka Tanah Pekalongan Turun Paling Tajam, hingga 11 Cm Per Tahun

"Kenaikan air laut secara global itu hanya 3,60 milimeter per tahun. Tapi kalau kita lihat sejarahnya Jakarta lebih jauh dari itu," katanya dalam diskusi virtual bertajuk Ancaman Tenggelamnya Kota Pesisir Pantai Utara Jawa, Apa Langkah Mitigasinya? pada Kamis (16/09/2021).

Menurut dia, berdasarkan laporan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada 2010, kenaikan muka air laut di Jakarta 3,7 milimeter per tahun. Sementara hasil IPCC 3,6 milimeter. Jadi hasilnya memang relatif dekat.

"Memang itu hanya 3,6 milimeter, tapi saya melihat pantai utara di Jawa Barat sudah mulai air merembes ke daratan karena pasang surut air kencang," jelas Edvin.

Edvin menegaskan, kenaikan air laut tak lepas dari fenomena mencairnya es di kutub bumi dan pemuaian air laut karena pemanasan global.

Sehingga mengakibatkan penambahan volume air laut, serta meningkatnya intensitas dan frekuensi banjir yang menggenangi wilayah daratan.

Baca juga: Fenomena Tanah Ambles dan Prediksi Jakarta Tenggelam

Akan tetapi, faktor yang memiliki peran besar dalam potensi terendamnya kawasan Pantura Jawa secara keseluruhan yakni land subsidence atau penurunan muka tanah.

"Dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia menyebabkan
tingkat banjir yang lebih tinggi termasuk yang terjadi pada pesisir utara Pulau Jawa," imbuhnya.

Peneliti Ahli Utama BRIN Eddy Hermawan membenarkan adanya laju kenaikan air laut meskipun belum tinggi. Namun, dia mencoba melakukan penghitungan lain.

"Saya mencoba menghitung dan hasilnya ketemu sekitar 0,25 meter atau 25 cm pada 2050 mendatang (kenaikan muka air laut global). Jakarta mungkin lebih dari itu," katanya.

Menurut Eddy, terkait skenario data, perlu kehati-hatian. Karena masih perlu kajian lebih lanjut dengan simulasi lengkap dan spesifik sesuai dengan kondisi Indonesia. Khususnya kawasan Pantura.

Baca juga: Biden Sebut Jakarta Tenggelam 10 Tahun Lagi, Apa Solusi Pemerintah?

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com