Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemain Tol Ini Rilis Alat Ukur Kecukupan Kapasitas Pembangkit Listrik HK e-Index

Kompas.com - 13/04/2021, 14:00 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selain jalan tol, terutama Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS), PT Hutama Karya (Persero) juga tengah menggarap proyek infrastruktur lainnya yaitu pembangkit tenaga listrik.

Direktur Operasi I Hutama Karya Novias Nurendra mengatakan, tidak banyak yang tahu dalam beberapa tahun terakhir Hutama Karya juga tengah serius menggarap proyek infrastruktur lainnya yang mendukung pembangunan jalan tol.

"Salah satunya yang dianggap krusial adalah pembangunan infrastruktur dan teknologi pembangkit tenaga listrik," kata Novias dalam keterangannya, Selasa (13/04/2021).

Novias menjelaskan, hingga saat ini Hutama Karya telah terlibat dalam sejumlah proyek pembangunan teknologi pembangkit tenaga listrik yang besar dan penting di Indonesia.

Di antaranya Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Grati di Pasuruan, PLTGU Tambak Lorok di Semarang, PLTGU Muara Tawar di Bekasi, dan proyek Ultra Super-Critical (USC) pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terbesar di Indonesia, Suralaya, Banten.

Baca juga: Hutama Karya Incar Kontrak Baru Proyek Strategis Nasional Rp 20,59 Triliun

Dalam mengerjakan proyek-proyek pembangkit listrik besar, Hutama Karya didukung unit riset, yaitu HK Center for Knowledge, Research and Innovation (HK Connection).

"Karena itu, tidak hanya mengerjakan proyek, kami juga menghasilkan beberapa kajian dan pemikiran untuk memperkuat elektrifikasi Indonesia. Salah satu inovasi yang kami hasilkan berupa alat ukur index kapasitas pembangkit listrik, yaitu HK e-Index,” tutur Novias.

Saat ini, rasio elektronifikasi nasional di Indonesia sudah mencapai 99,2 persen, dan ditargetkan dapat mencapai 99,9 persen di akhir tahun 2021.

Namun nyatanya, tingkat rasio ini tidak menjamin kesejahteraan ekonomi karena rasio elektronifikasi 100 persen bukan berarti telah meratanya pasokan listrik di tanah air.

Jika Indonesia ingin meningkatkan taraf kesejahteraan, yang harus dikejar adalah keterjangkauan dan ketersediaan pembangkit listrik.

HK e-Index dapat menjadi solusi alternatif pengukuran target jumlah pembangkit yang masih perlu dibangun di Indonesia dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Penghitungan HK e-Index diperoleh dengan membagi kapasitas pembangkit di sebuah negara dengan jumlah penduduknya.

Baca juga: Pastikan Aman Dilalui Jelang Ramadhan, Hutama Karya Perbaiki Tol Trans-Sumatera

Melalui penghitungan ini, tim riset Hutama Karya berupaya menjawab jumlah pembangkit listrik yang dibutuhkan Indonesia dalam perkembangannya di periode tahun mendatang.

Dari riset yang telah dilakukan oleh tim HK Connection, terlihat HK e-Index dari beberapa
negara maju seperti Jerman, Jepang, Singapura dan Korea Selatan berada di kisaran poin 2,2 – 2,6.

Sedangkan, negara berkembang dengan sektor energi yang baik seperti Cina dan Malaysia memiliki Index 1,1-1,4.

Sementara, HK e-Index Indonesia saat ini masih berada di angka 0,26.

Angka yang kecil jika dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki Gross Domestic Product (GDP) di atas 10.000 dolar AS per kapita atau sekitar Rp 143 juta.

"Alat ukur berupa index yang diusulkan ini menghasilkan data yang dapat menjadi landasan seberapa banyak jumlah pembangkit listrik yang harus dibangun Indonesia untuk mengejar ketertinggalannya," pungkas Novias. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com