Hal-hal yang Dipertimbangkan Generasi Milenial dalam Memilih Perumahan

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika ingin membeli rumah, biasanya lokasi dan harga menjadi aspek terpenting yang perlu dipertimbangkan. 

Namun, bagi para milenial, ada cukup banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum membeli rumah. Akibatnya, hal ini secara tak langsung mengubah pasar properti di Indonesia. 

Baca juga: Bukan Menabung, Ini Cara untuk Bisa Membeli Rumah Menurut Ahli

Hirwandi Gafar, Direktur Consumer and Commercial Lending PT Bank Tabungan Negara (BTN), mengungkapkan bahwa para milenial menginginkan sesuatu yang memudahkan mereka.

"Milenial berburu rumah berorientasi pada teknologi, kemudian menginginkan rumah di pinggiran kota yang dekat sarana transportasi," jelas Hirwandi dalam virtual media & public discussion bertema "Tren Properti Incaran Milenial, Cara Mudah Punya rumah", Rabu (29/9/2021).  

Baca juga: 7 Alasan yang Membuat Generasi Milenial Belum Membeli Rumah

Karena itu, Hirwandi mengatakan, saat ini sudah banyak proyek perumahan yang berada di jalur transportasi.

Contohnya, Adhi Commuter Properti yang membangun perumahan sepanjang garis LRT, dari Cawang sampai ke Cibubur. Pada intinya, para milenial menginginkan kemudahan dalam berinteraksi serta transportasi. 

Baca juga: 5 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Membeli Rumah Baru 

Selanjutnya, hal yang dipertimbangkan generasi milenial dalam memilih perumahan adalah komunikasi dengan agen properti dan developer via pesan teks (chat) daripada bertemu.

Jadi, pemilihan rumah yang dilakukan para milenial saat ini berdasarkan foto dan video dalam platform digital.

Setelah itu, ketersediaan sarana pendidikan dasar, klinik, apotek, pusat perbelanjaan, dan taman jugn menjadi pertimbangan generasi milenial dalam memilih perumahan. 

Baca juga: 5 Alasan Mengapa Perlu Memeriksa Listrik Sebelum Membeli Ruma

Terakhir, hal yang dipertimbangkan generasi milenial saat membeli rumah, menurut Hirwandi, adalah mengharapkan multi-functional space (ruang multifungsi) untuk suasana baru dalam bekerja atau sosialisasi.

"Yang tak kalah penting adalah bagaimana mereka (milenial) dapat bertemu secara komunitas. Kemudian mereka juga butuh semacam dukungan IT untuk mereka berinteraksi, baik itu bekerja maupun bersosialisasi melalui digital platform," ujar Hirwandi.