Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahyu Suryodarsono
Tentara Nasional Indonesia

Indonesian Air Force Officer, and International Relations Enthusiast

China: Antara Sosialisme, Kapitalisme, dan Realisme Ofensif

Kompas.com - 10/04/2024, 06:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kedua, semua negara memiliki kapabilitas militer yang sifatnya ofensif (menyerang). Ketiga, tidak ada satupun negara yang dapat mengetahui niat maupun maksud tujuan negara lain ketika melakukan suatu tindakan, karena hal tersebut murni bersumber dari kepala tiap-tiap pimpinan di negara tersebut.

Keempat, mempertahankan kelangsungan hidupnya adalah prioritas utama dari tiap-tiap negara. Kelima, semakin kuat suatu negara, maka semakin kecil kemungkinan kelangsungan hidup dari negara tersebut terancam karena eksistensi dari negara lain.

Singkatnya, ketika suatu negara menjadi hegemon (dominan) di suatu lingkup regional, maka negara tersebut akan cenderung mencegah negara lain untuk mendominasi pengaruh di wilayah geografis regionalnya.

Jika mengikuti logika ini, maka inilah sebab mengapa AS membangun banyak sekali pangkalan militer di luar lingkup regionalnya, termasuk di wilayah Asia-Pasifik.

Dominasi ekonomi China atas negara-negara lain di berbagai wilayah nampaknya akan dibarengi dengan peningkatan kapabilitas militer, guna meraih tujuan geopolitik yang lebih besar.

AS setidaknya telah membaca itu, walaupun kini justru malah lebih fokus dalam mengurus konflik di wilayah lain seperti Eropa Timur (Rusia-Ukraina) dan Timur Tengah (Israel-Palestina).

Lebih lanjut, jika teori ini benar, maka China akan terus berusaha untuk memaksimalkan jarak gap power dengan negara-negara tetangga dekatnya, seperti India, Jepang, Rusia, dan bahkan Indonesia.

Dalam buku Stealth War karya Robert Spalding, seorang purnawirawan Angkatan Udara AS, ia mengungkapkan bahwa China memperluas pengaruhnya di seluruh dunia setidaknya melalui enam media, yakni ekonomi, militer, diplomasi, teknologi, pendidikan, dan infrastuktur.

Namun sayangnya, ia mengungkapkan bahwa elite-elite AS seperti tidak terlalu memperhatikan China di saat awal-awal kebangkitan ekonominya mulai terasa, serta tidak menganggap hal tersebut sebagai bibit ancaman.

Ciri dari realisme ofensif dari negara hegemon, yang salah satunya adalah meningkatnya kapabilitas militer suatu negara ketika dibarengi dengan peningkatan pertumbuhan ekonominya, menjadi suatu hal yang harus diwaspadai oleh negara-negara tetangganya, termasuk Indonesia.

Salah satu opsi yang dapat dilakukan adalah dengan strategi balancing. Langkah Menhan Prabowo Subianto setidaknya dapat dibaca sebagai strategi balancing antarpengaruh, di mana selepas kunjungannya ke Beijing, beliau langsung bertolak ke salah satu negara kompetitornya, yakni Jepang.

Dengan adanya potensi kebangkitan China yang diprediksi tidak akan berlangsung secara damai akibat hegemoni negara superpower lain, strategi diplomasi Indonesia untuk lebih sering berinteraksi dan melakukan balancing perlu untuk terus dilakukan kedepan.

Jika China cenderung agresif dalam urusan diplomasinya dengan Indonesia, tentu perlu dilihat sejauh mana tindakan tersebut linier dengan kepentingan Indonesia dalam berbagai aspek.

Mewaspadai konflik antar negara-negara kuat perlu dilakukan agar efeknya tidak terbawa ataupun memengaruhi urusan-urusan domestik di negara kita sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com