Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cerita Hakim Perempuan Afghanistan yang Bersembunyi Takut Pembalasan Taliban

Kompas.com - 08/04/2024, 10:37 WIB
Albertus Adit

Penulis

Dalam kariernya, dia menghabiskan 14 tahun bekerja di pengadilan pidana dan perdata, yang mengkhususkan diri pada masalah keluarga, hak-hak sipil, hak waris dan kompensasi.

Dia mengajukan permohonan untuk datang ke Inggris berdasarkan skema pemukiman kembali warga negara Afghanistan (ACRS), namun permohonannya ditolak tahun lalu.

ACRS, yang dibuka pada Januari 2022 bertujuan untuk memukimkan kembali 5.000 warga Afghanistan pada tahun pertama dan hingga 20.000 dalam lima tahun.

Baca juga: 4 Pejuang Taliban Tewas dalam Serangan di Bandara Kabul

Hal ini dirancang untuk membantu mereka yang “membantu upaya Inggris di Afghanistan dan membela nilai-nilai Inggris” serta kelompok rentan, seperti perempuan dan anak perempuan. Hakim perempuan lainnya telah diberikan perlindungan di Inggris berdasarkan skema tersebut.

Aafia ingat pernah dilanda kecemasan ketika Taliban merebut kekuasaan di ibu kota Afghanistan.

"Semua hakim ketakutan. Itu sangat mengkhawatirkan. Ada ketakutan akan masa depan. Ketika Taliban datang ke Kabul, saya sedang bekerja. Kami diberitahu dan kami semua lari dari kantor kami. Kami meninggalkan file kami di tempat kerja untuk menyelamatkan diri," terangnya.

Dia juga ingat langsung berlari dari kantornya ke rumah kerabat karena merasa akan ada risiko jika pulang ke rumahnya sendiri.

"Taliban mulai menggeledah rumah-rumah. Itulah alasan mengapa saya dan rekan-rekan meninggalkan alamat tetap kami dan kami tinggal di tempat yang berbeda untuk waktu yang singkat yakni setiap 10 hari kami berpindah. Saya tidak aman di tempat permanen. Kami tidak ingin membahayakan diri kami sendiri, anak-anak kami, atau suami kami," jelas dia.

Aafia, yang memiliki beberapa anak, mengatakan dirinya dan hakim lainnya bisa terpaksa segera pindah jika tetangga memberi tahu mereka bahwa Taliban sedang mencari mereka.

Bahkan beberapa minggu yang lalu, dia diberitahu oleh temannya bahwa Taliban akan datang untuk menggeledah rumah mereka sehingga mereka mempersilahkan Aafia dan keluarga untuk pergi.

Baca juga: Taliban Eksekusi 2 Pria karena Kasus Penikaman, Dikecam Internasional

"Saya membawa anak-anak saya menginap di ruangan yang sangat dingin. Saat itu turun salju dan saya tidak punya cukup pakaian untuk anak-anak saya, dan anak bungsu saya, yang berusia lima tahun, sedang sakit," ungkap Aafia.

Dia juga mengatakan telah mengajukan permohonan suaka ke Amerika sekitar setahun yang lalu tetapi belum ada kemajuan atau pembaruan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com