Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Larang Perempuan Kerja di TV jika Tak Tutupi Wajahnya

Kompas.com - 01/03/2024, 15:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

KABUL, KOMPAS.com - Taliban akan melarang perempuan pekerja media jika tak mematuhi aturan berpakaian sopan, termasuk memakai cadar, ketika tampil sebagai pembawa acara di stasiun TV.

Juru bicara Taliban untuk Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, Abdul Ghaffar Farooq, menyarankan agar perwakilan media mematuhi aturan berpakaian yang sopan.

"Aturan itu seperti menampilkan gambar perempuan dalam pakaian hitam dan kerudung dengan sebagian besar wajah mereka tertutup, atau hanya menyisakan mata mereka," terang Pusat Jurnalis Afghanistan dalam sebuah pernyataan pada Rabu (28/2/2024).

Baca juga: 4 Pejuang Taliban Tewas dalam Serangan di Bandara Kabul

Selain itu, saluran berita di Kabul juga harus menghindari wawancara dengan perempuan Afghanistan yang tidak mengenakan jilbab atau menutupi seluruh wajah mereka.

Dikutip dari The Independent pada Kamis (29/2/2024), pertemuan tersebut dihadiri oleh para pejabat Taliban, termasuk Menteri Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, Mohammad Khaled Hanafi, dan perwakilan media lainnya, kata AFCJ.

Kegagalan untuk mematuhi pedoman tidak resmi ini akan menyebabkan potensi pelarangan perempuan bekerja di media oleh pemimpin tertinggi Taliban Hebatullah Akhundzada, kata AFCJ, mengutip Hanafi.

"AFJC telah menyatakan keprihatinan atas keadaan media di negara ini dan potensi dampak dari pelarangan perempuan bekerja di media, yang sudah menghadapi pembatasan signifikan dalam pekerjaan mereka," kata organisasi tersebut.

Organisasi tersebut juga memperingatkan bahwa tindakan itu dapat mengakibatkan pelarangan lainnya, yakni tentang perempuan yang bekerja di wilayah publik Afghanistan.

Baca juga: Taliban Eksekusi 2 Pria karena Kasus Penikaman, Dikecam Internasional

Organisasi independen yang memantau kebebasan pers di negara yang diperintah Taliban mengatakan, mereka sangat prihatin dengan keadaan media di negara tersebut.

Bahkan, mereka juga memperingatkan terhadap potensi dikeluarkannya perintah yang akan melarang perempuan bekerja di media.

Hal ini menunjukkan bagaimana para profesional media di negara ini berjuang dengan kondisi kerja yang ketat.

"Otoritas Taliban harus mencabut pedomannya mengenai media dan memberikan kebebasan kepada jurnalis untuk menggunakan hak mereka," kata AFJC.

Tak lama setelah mengambil alih Kabul, Taliban merilis serangkaian pembatasan terhadap media Afghanistan.

Termasuk melarang drama televisi yang menampilkan aktor perempuan dan memerintahkan presenter berita perempuan untuk mengenakan jilbab Islami.

Beberapa dekrit ditujukan secara khusus pada perempuan, sebuah langkah yang mungkin akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas internasional.

"Drama-drama atau program-program yang menampilkan perempuan, tidak boleh ditayangkan," terang aturan tersebut.

Baca juga: Situs Arkeologi Afghanistan dari Tahun 1000 SM Dijarah di Bawah Pemerintahan Taliban

Dikatakan pula bahwa jurnalis perempuan yang mengudara harus mengenakan hijab Islam tanpa menjelaskan apa maksudnya.

Meskipun sebagian besar perempuan di Afghanistan mengenakan jilbab di depan umum, pernyataan Taliban bahwa perempuan harus mengenakan hijab Islam di masa lalu sering kali membuat khawatir para aktivis hak-hak perempuan yang mengatakan bahwa istilah tersebut tidak jelas dan dapat ditafsirkan secara konservatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com