Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Indahnya Toleransi Agama di Albania...

Kompas.com - 03/04/2024, 17:46 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Untuk urusan ibadah, keberadaan 8 masjid itu telah memudahkannya menemukan aura Islam di Eropa.

Saban waktunya shalat, kumandang azan terdengar dari kedelapan masjid itu.

Meski tidak sekeras di Indonesia, suara azan dengan pengeras suara, hanya terdengar di Albania.

Baca juga: Albania Tangkap 2 Orang Rusia dan 1 Orang Ukraina yang Coba Terobos Pabrik Senjata

Hal serupa diungkapkan Lalu Bani Suhada. Lakiilaki asal Mataram, Lombok, itu mengaku betah di Tirana.

"Tentu saja saya tidak menyesal ke sini. Tirana bagus, hanya underrated," katanya.

Lalu Bani Suhada menuntut ilmu jurusan keislaman di Tirana atas biaya beasiswa yang berasal dari Uni Emirat Arab.

Albania pernah dikuasai rezim komunis antara tahun 1944 hingga 1991. Agama dilarang di tahun 1967.

Masjid, gereja, theke (tempat ibadah penganut Bektashi) pernah dihancurkan atau dialihfungsikan.

Jika sebelum rezim komunis ada sedikitnya 28 masjid di Tirana, kini hanya tersisa delapan buah.

Shalat Idul Fitri biasanya menggunakan alun-alun Skandenberg yang berjarak puluhan meter dari Masjid Ethem Bey.

Baca juga: UE Buka Pembicaraan Keanggotaan dengan Albania dan Makadonia Utara

"Ethem Bey hanya bisa menampung 60 jemaah. Jadi kami, muslim Tirana shalat Id di lapangan Skandenberg," jelas Abdul Muthalib.

Albania dikenal sangat toleran dalam kehidupan bergama.

Islam, Katholik, Orthodoks, bahkan Bekthasi hidup berdampingan dan diakui secara resmi oleh negara. Jarak antara rumah ibadah dari agama-agama itu tak jarang hanya berkisar ratusan meter.

Gereja Katholik Bunda Maria di Skodra, Albania Utara. Foto diambil pada Februari 2024.KOMPAS.com/KRISNA DIANTHA AKASSA Gereja Katholik Bunda Maria di Skodra, Albania Utara. Foto diambil pada Februari 2024.

Masjid, gereja dan sinagog bisa terletak berdampingan, hal yang tidak bisa ditemukan di negara Balkan lainnya. Di Serbia, Masjid bahkan dijaga tentara. 

"Kami bukan Islam, Katholik, Orthodoks atau Bekthasi. Kami Albania. Agama ya agama, kehidupan sosial ya kehidupan sosial. Keduanya terpisahkan," ucap Azis. 

Saat ini, tidak ada satu sekolah pun yang memasukkan pelajaran agama dalam kurikulum mereka.

"Baru perdebatan dalam parlemen," jelas Bani Suhada.

Bahkan, katanya, sebagian orang tua di Albania masih mewanti-wanti anaknya agar tidak belajar agama.

"Kalangan generasi tua masih trauma dengan pelarangan ibadah di zaman komunis," tambah Bani Suhada.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, di sepanjang jalan utama di Tirana, Durress, hingga Skohdra, kota-kota besar Albania, jumlah perempuan berjilbab yang terlihat tidak lebih banyak dibandingkan di Basel, Swiss, atau Berlin, Jerman.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com