Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Indahnya Toleransi Agama di Albania...

Kompas.com - 03/04/2024, 17:46 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

TIRANA, KOMPAS.com - Namanya Azis, bapak dua anak. Ia tampaknya adalah sopir taksi gelap.

Setibanya Kompas.com di Bandara Internasional Tirana Nënë Tereza, Albania, Azis menawari tumpangan.

"Kalau taksi di sana (di luar), lebih mahal," katanya sambil mengajak Kompas.com ke pinggiran Bandara itu pada Jumat (9/2/2024).

Baca juga: Kisah Warga Albania Pelindung Al Quran Seukuran Perangko

Kompas.com membiarkan Azis menentukan tarif dari Bandara ke Tirana.

Ia lalu menampilkan angka 25 euro dalam layar handphone.

"Poh (Ya)," Kompas.com mengamininya.

Masjid Islam Bekthasi di Tirana. Islam Bekthasi menjadikan Albania sebagai kantor pusatnya karena merasa aman di sini. Foto diambil pada Februari 2024.KOMPAS.com/KRISNA DIANTHA AKASSA Masjid Islam Bekthasi di Tirana. Islam Bekthasi menjadikan Albania sebagai kantor pusatnya karena merasa aman di sini. Foto diambil pada Februari 2024.

Padahal, berdasarkan penelusuran, tarif resmi taksi dari Bandara ke Tirana berkisar 9 euro-20 euro.

Azis adalah sebagian dari 60 persen warga muslim di Albania.

Bersama Kosovo dan Bosnia Herzegovina, Albania adalah negara di Eropa yang memiliki penduduk mayoritas Muslim.

Tidak sampai 30 menit, Azis menurunkan Kompas.com di pinggiran Skanderberg, alun-alun Tirana.

"Traffico, traffico," katanya.

Baca juga: Albania Tuduh Iran Atur Serangan Siber Besar, Putuskan Hubungan Diplomatik dan Usir Staf Kedutaannya

Jalanan memang macet di Tirana menjelang senja itu.

Alhasil, Azis pun membatalkan janjinya untuk mengantar Kompas.com hingga ke depan pintu Hotel Gloria di Tirana.

Tidak sampai lima menit berjalan kaki dari Skanderberg, Kompas.com telah tiba di depan Masjid Ethem Bey, masjid legendaris kota.

Turis bisa masuk ke dalamnya, namun akan ditutup jika waktu shalat lima waktu tiba. Untuk bisa masuk, turis tak perlu membayar, alias gratis.

"Yang penting lepas alas kaki," kata salah satu takmir Masjid yang Kompas.com temui.

Ada delapan masjid di Tirana.  

Gereja Orthodoks di sebuah bukit di kota Berat, Albania. Foto diambil pada Februari 2024.KOMPAS.com/KRISNA DIANTHA AKASSA Gereja Orthodoks di sebuah bukit di kota Berat, Albania. Foto diambil pada Februari 2024.

"Ada yang bernuansa Emirat atau Turkiye," tutur Abdul Muthalib Pakaya, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Albania.

Mahasiswa asal Gorontalo yang kini mendalami sastra Inggris di Universitas Tirana ini mengaku kerasan menuntut ilmu di kota ini.

"Orang Albania ramah, mirip orang kita. Iklimnya bagus untuk ukuran Eropa," imbuh Abdul.

Untuk urusan ibadah, keberadaan 8 masjid itu telah memudahkannya menemukan aura Islam di Eropa.

Saban waktunya shalat, kumandang azan terdengar dari kedelapan masjid itu.

Meski tidak sekeras di Indonesia, suara azan dengan pengeras suara, hanya terdengar di Albania.

Baca juga: Albania Tangkap 2 Orang Rusia dan 1 Orang Ukraina yang Coba Terobos Pabrik Senjata

Hal serupa diungkapkan Lalu Bani Suhada. Lakiilaki asal Mataram, Lombok, itu mengaku betah di Tirana.

Jembatan kuno di Skodra, Albania Utara, dengan sungai yang alami. Albania memiliki sungai alami yang tidak tersentuh pembangunan kemajuan zaman yang merupakan satu satunya di Eropa. Foto ddiambil pada Februari 2024.KOMPAS.com/KRISNA DIANTHA AKASSA Jembatan kuno di Skodra, Albania Utara, dengan sungai yang alami. Albania memiliki sungai alami yang tidak tersentuh pembangunan kemajuan zaman yang merupakan satu satunya di Eropa. Foto ddiambil pada Februari 2024.

"Tentu saja saya tidak menyesal ke sini. Tirana bagus, hanya underrated," katanya.

Lalu Bani Suhada menuntut ilmu jurusan keislaman di Tirana atas biaya beasiswa yang berasal dari Uni Emirat Arab.

Albania pernah dikuasai rezim komunis antara tahun 1944 hingga 1991. Agama dilarang di tahun 1967.

Masjid, gereja, theke (tempat ibadah penganut Bektashi) pernah dihancurkan atau dialihfungsikan.

Jika sebelum rezim komunis ada sedikitnya 28 masjid di Tirana, kini hanya tersisa delapan buah.

Shalat Idul Fitri biasanya menggunakan alun-alun Skandenberg yang berjarak puluhan meter dari Masjid Ethem Bey.

Baca juga: UE Buka Pembicaraan Keanggotaan dengan Albania dan Makadonia Utara

"Ethem Bey hanya bisa menampung 60 jemaah. Jadi kami, muslim Tirana shalat Id di lapangan Skandenberg," jelas Abdul Muthalib.

Albania dikenal sangat toleran dalam kehidupan bergama.

Islam, Katholik, Orthodoks, bahkan Bekthasi hidup berdampingan dan diakui secara resmi oleh negara. Jarak antara rumah ibadah dari agama-agama itu tak jarang hanya berkisar ratusan meter.

Gereja Katholik Bunda Maria di Skodra, Albania Utara. Foto diambil pada Februari 2024.KOMPAS.com/KRISNA DIANTHA AKASSA Gereja Katholik Bunda Maria di Skodra, Albania Utara. Foto diambil pada Februari 2024.

Masjid, gereja dan sinagog bisa terletak berdampingan, hal yang tidak bisa ditemukan di negara Balkan lainnya. Di Serbia, Masjid bahkan dijaga tentara. 

"Kami bukan Islam, Katholik, Orthodoks atau Bekthasi. Kami Albania. Agama ya agama, kehidupan sosial ya kehidupan sosial. Keduanya terpisahkan," ucap Azis. 

Saat ini, tidak ada satu sekolah pun yang memasukkan pelajaran agama dalam kurikulum mereka.

"Baru perdebatan dalam parlemen," jelas Bani Suhada.

Bahkan, katanya, sebagian orang tua di Albania masih mewanti-wanti anaknya agar tidak belajar agama.

"Kalangan generasi tua masih trauma dengan pelarangan ibadah di zaman komunis," tambah Bani Suhada.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, di sepanjang jalan utama di Tirana, Durress, hingga Skohdra, kota-kota besar Albania, jumlah perempuan berjilbab yang terlihat tidak lebih banyak dibandingkan di Basel, Swiss, atau Berlin, Jerman.

Total ada tujuh mahasiswa asal Indonesia yang menuntut ilmu di Tirana, Albania. Tiga mahasiswa belajar sastra Inggris, dan empat lainnya menekuni agama Islam.

Dalam wawancara dengan Kompas.com, semuanya mengaku menikmati kehidupan di Tirana.

Keramahan masyarakat Tirana menjadi salah satu kebetahan mereka tinggal di kota ini.

Waluyo Hadi, mahasiswa program doktoral di Universitas Sczenen, Polandia, memilih Tirana sebagai bahan salah satu penelitiannya.

"Saya ingin merasakan bagaimana suasana Islam di kota ini," kata Waluyo Hadi.

Laki-laki asal Nganjuk ini menemukan impiannya di Tirana.

"Saya ingin tarawih di sini, sudah lama hidup di negara orang tanpa tawarih," katanya.

Waluyo Hadi beberapa tahun menetap di Kyoto, Jepang, lalu pindah ke Polandia, untuk urusan program doktoralnya.

Baca juga: Terlibat Perdagangan Narkoba, Mantan Menteri di Albania Diseret ke Bui

Tiga bulan di Tirana, Albania, semasa Ramadhan, dia mencoba semua masjid yang ada di kota ini.

Gereja kristen Otthodox (kanan) bersebelahan dengan Masjid (kiri) yang jaraknya hanya 50 meter di kota Tirana, AlbaniaKOMPAS.com/KRISNA DIANTHA AKASSA Gereja kristen Otthodox (kanan) bersebelahan dengan Masjid (kiri) yang jaraknya hanya 50 meter di kota Tirana, Albania

"Dan memang benar, masyarakat Albania ramah," katanya. 

Islam ke Albania diusung Turkiye, melalui kejayaan Usmaniah.

Orthodox berasal dari tetangganya di Selatan, yakni Yunani. Kathlolik, yang kini mendominasi Albania Utara, berasal dari seberang laut Adria, kekaisaran Romawi. Sementara Bektashi berasal dari Iran. 

Semua agama ini hidup rukun. Bektashi, sempalan Islam Syiah, juga diterima baik di Albania.

Bahkan markas besarnya berada di Tirana, setelah terusir dari Turkiye di era Kemal Ataturk.

"Kami menerima Bektashi karena agama ini juga melambangkan nasionalisme kami, Albania,“ kata Aleks, warga Permet, Albania Selatan.

Kompas.com menyusuri Albania dari Selatan, Tengah, hingga Utara. Dominasi Islam memang ada di mana-mana.

Masjid hampir ada di setiap sudut desa, kecuali di wilayah pegunungan di Albania Utara.

Namun, rumah ibadah Islam ini berdampingan yang jaraknya hanya ratusan meter dengan gereja orthodox, katholik, atau theke.

"Kami Albania," tegas Aleks.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com