Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3.000 Pengunjuk Rasa Datangi Rumah PM Israel, Berteriak Tuntut Pengunduran Diri Netanyahu

Kompas.com - 03/04/2024, 06:43 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

YERUSALEM, KOMPAS.com - Keluarga para sandera Israel yang ditahan di Gaza oleh Hamas pada Selasa (2/4/2024) mengecam Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netantahu sebagai pengkhianat.

Kemarahan mereka terhadap penanganan perang oleh Netanyahu meningkat dalam protes massal malam keempat berturut-turut tersebut.

Ribuan orang berkumpul di depan parlemen Israel, dengan keluarga para sandera dan mantan Perdana Menteri Ehud Barak menyalahkan Netanyahu atas "bencana" 7 Oktober dan menuntut diadakannya pemilu.

Baca juga: Warga Israel Turun Lagi ke Jalan, Protes Pemerintahan Netanyahu

"Anda adalah firaun, pembunuh anak sulung saya. Sebanyak 240 orang diculik di bawah pengawasan Anda. Ini adalah kesalahan Anda," kata Einav Zangauker, yang putranya, Matan, menjadi salah satu dari 134 orang yang masih ditahan di Gaza.

Ia menyebut, Pemerintahan Netanyahu telah gagal mengantisipasi serangan Hamas pada 7 Oktober dengan segala cara.

"Dan sekarang Anda menjadi penghalang bagi kesepakatan pembebasan sandera," ucapnya, sebagaimana dikutip dari AFP.

Keluarga para sandera sangat marah kepada Netanyahu, yang menurut mereka tidak benar-benar mendorong pembebasan mereka.

Mereka bersekutu dengan para pengunjuk rasa anti-pemerintah, yang berdemonstrasi selama sembilan bulan pada tahun lalu untuk menggagalkan reformasi yudisialnya yang kontroversial karena kekhawatiran mengancam demokrasi.

Pada demonstrasi hari Selasa di depan parlemen, beberapa keluarga menuduh pemimpin terlama di Israel itu mencoba menggunakan perang untuk memperpanjang kekuasaannya.

Merav Svirsky, yang kehilangan kedua orangtuanya dalam serangan Hamas, dan saudara laki-lakinya kemudian dibunuh di Gaza, mengatakan Netanyahu tidak terburu-buru untuk membebaskan para sandera. 

"Tugas dasar negara adalah memastikan kembalinya mereka yang diculik. Saya naif, saya tidak menyadari bahwa perdana menteri kami tidak tertarik untuk membawa mereka kembali karena pertimbangan politik," katanya.

Baca juga: Warga Israel Demo Tuntut PM Netanyahu Mundur

3.000 pengunjuk rasa datangi rumah Netanyahu

Mantan perdana menteri Barak mengatakan jika Netanyahu melancarkan serangan darat ke Rafah, para sandera akan kembali dalam peti mati.

Dia menyerukan pemilihan umum yang cepat, dengan mengatakan "orang yang bertanggung jawab" atas bencana ini harus "disingkirkan dari kemudi".

Zangauker mengatakan bahwa Netanyahu telah mencoba untuk menyalahkan keluarga para sandera karena melakukan protes ketika negara sedang berperang. 

"Anda menyebut kami pengkhianat, padahal Anda lah yang pengkhianat, pengkhianat bagi rakyat Anda, pengkhianat bagi Negara Israel," ucap dia.

Sekitar 3.000 pengunjuk rasa kemudian berbaris ke kediaman Netanyahu untuk meneriakkan slogan-slogan yang menuntut dia untuk mengundurkan diri, dan polisi mengatakan bahwa beberapa "perusuh" mencoba merobek-robek penghalang di luar.

Petugas berkuda merangsek masuk ke dalam kerumunan untuk menghentikan mereka menerobos masuk.

Baca juga: Sejumlah Pekerja Bantuan Asing Tewas Saat Antar Makanan di Gaza akibat Serangan Israel

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com