Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada 1996, Al Qaeda Berencana Bunuh Bill Clinton di Filipina

Kompas.com - 23/03/2024, 18:12 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

MANILA, KOMPAS.com - Pada 1996, mobil iring-iringan yang ditumpangi Presiden Bill Clinton dan Ibu Negara hampir mendapat musibah.

Sejarah mencatat dulu Al Qaeda berencana membunuh Bill Clinton ketika sang presiden AS kala itu berada di Filipina.

Hanya saja, pasukan Dinas Rahasia AS menerima informasi dari intelijen. Yakni adanya sebuah alat peledak yang telah ditanam di rute iring-iringan mobil presiden AS.

Baca juga: Bill Clinton Sempat Diberi Tahu Putin Rencana Serang Ukraina pada 2011

Dengan bertindak cepat, para agen beralih ke rute cadangan ke hotel keluarga Clinton, menggagalkan dugaan upaya Al Qaeda untuk membunuh presiden Amerika Serikat beberapa menit setelah kedatangannya untuk menghadiri pertemuan puncak tahunan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik.

Saat iring-iringan mobil berjalan di sepanjang rute alternatif yang macet, petugas keamanan Filipina menemukan sebuah bom kuat di jembatan yang mungkin dilalui konvoi tersebut.

"Di dekat lokasi bom juga ada sebuah SUV yang ditinggalkan berisi senapan serbu AK-47," kata empat pensiunan agen kepada Reuters.

Upaya pembunuhan tersebut merupakan salah satu upaya paling awal Al Qaeda untuk menyerang AS, disebutkan secara singkat dalam buku yang diterbitkan pada tahun 2010 dan 2019.

Kini, delapan pensiunan agen dinas rahasia, tujuh di antaranya berada di Manila telah memberikan laporan paling rinci kepada Reuters hingga saat ini mengenai rencana yang gagal tersebut.

Baca juga: Presiden AS Berharap Gencatan Senjata di Gaza Dimulai Senin Depan

Reuters tidak menemukan bukti adanya penyelidikan pemerintah AS terhadap upaya pembunuhan Clinton. Kantor berita tersebut juga tidak dapat secara independen menentukan apakah badan intelijen melakukan penyelidikan rahasia.

Bagi beberapa agen Dinas Rahasia yang diwawancarai oleh Reuters, kejadian di Manila masih menyisakan pertanyaan yang belum terjawab.

"Saya selalu bertanya-tanya mengapa saya tidak kembali ke Manila untuk memantau penyelidikan apa pun," kata Gregory Glod, agen intelijen utama Dinas Rahasia di Manila dan satu dari tujuh agen yang angkat bicara untuk pertama kalinya.

"Sebaliknya, mereka menerbangkan saya sehari setelah Clinton pergi," imbuh dia.

"Ada insiden. Itu tetap dirahasiakan," kata juru bicara Dinas Rahasia Anthony Guglielmi. Dia menolak mengatakan tindakan apa, jika ada, yang diambil Amerika Serikat sebagai tanggapannya.

Clinton tidak menanggapi berbagai upaya untuk menghubunginya melalui juru bicaranya dan Clinton Foundation.

Sementara itu, Mantan direktur CIA Leon Panetta, yang saat itu menjabat sebagai kepala staf Clinton mengatakan dia tidak mengetahui insiden tersebut namun upaya untuk membunuh seorang presiden harus diselidiki.

"Sebagai mantan kepala staf, saya sangat tertarik untuk mencoba mencari tahu apakah seseorang mengesampingkan informasi ini dan tidak memberitahukannya kepada orang-orang yang seharusnya menyadari hal seperti itu terjadi," terangnya.

Berdasarkan undang-undang tahun 1986, upaya organisasi ekstremis asing untuk membunuh warga negara AS di luar negeri merupakan kejahatan. Penuntutan memerlukan izin dari jaksa agung, mendiang Janet Reno pada tahun 1996 yang kemudian akan memicu penyelidikan FBI.

FBI menolak mengomentari upaya pembunuhan di Manila. Empat mantan pejabat AS, termasuk duta besar di Manila saat itu, Thomas Hubbard, membenarkan serangan yang gagal tersebut kepada Reuters.

Baca juga: Rusia-China Memveto Tawaran AS di DK PBB Terkait Gencatan Senjata Gaza

Namun mengatakan mereka juga tidak mengetahui adanya penyelidikan atau tindakan lanjutan yang dilakukan AS.

"Tiga belas tahun setelah kematian Osama bin Laden, kekuatan Al Qaeda semakin berkurang. Namun serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober memobilisasi upaya untuk meradikalisasi dan merekrut pengikut baru dalam komunitas Muslim di Eropa," tulis panel ahli PBB dalam laporan tanggal 29 Januari, mengutip propaganda Al Qaeda yang mendukung Hamas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com