Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Tolak Hasil Pilpres Rusia 2024

Kompas.com - 19/03/2024, 10:53 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

LONDON, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron pada Senin (18/3/2024) menolak hasil pemilihan presiden atau pilpres Rusia 2024.

Kremlin memuji kemenangan Putin untuk masa jabatan kelima sebagai jelasnya dukungan rakyat, tetapi Cameron menyebut adanya penindasan oleh orang nomor satu di Rusia itu.

Cameron juga mengatakan, pilpres Rusia tidak bebas dan tak adil, serta hasilnya dianggap tidak demokratis.

Baca juga: Ini Negara yang Dukung dan Kecam Putin Menang Pilpres Rusia 2024

“Pemilu di Rusia ini dengan jelas menunjukkan betapa dalamnya penindasan di bawah rezim Presiden Putin, yang berupaya membungkam setiap oposisi terhadap perang ilegal yang dilakukannya (di Ukraina),” katanya, dikutip dari kantor berita AFP.

“Putin menyingkirkan lawan-lawan politiknya, mengendalikan media, kemudian menobatkan dirinya sebagai pemenang. Ini bukan demokrasi,” tambahnya.

Kremlin akhir pekan lalu menggelar pilpres—yang dinodai perusakan surat suara dan serangan Ukraina di perbatasan—sebagai bukti bahwa Rusia mendukung serangan Putin terhadap Ukraina.

Cameron juga menyebut kematian rival politik utama Putin yaitu Alexei Navalny sebagai bukti besarnya penindasan yang dilakukan Putin.

“Kematian Alexei Navalny hanya beberapa minggu sebelum pemilu adalah pengingat tragis akan parahnya represi politik di Rusia saat ini,” ujarnya.

Cameron menambahkan, Rusia harus segera membebaskan semua tahanan politik termasuk Vladimir Kara-Murza yang berkewarganegaraan ganda Inggris-Rusia.

Baca juga:

Kara-Murza (42) yang merupakan oposisi Rusia pada April 2023 dipenjara selama 25 tahun, hukuman terberat sejauh ini karena menentang perang di Ukraina.

Dia didakwa berkhianat setelah berpidato di Amerika Serikat dengan mengatakan, Rusia melakukan kejahatan perang terhadap Ukraina.

Kara-Murza kini mengidap sejumlah masalah kesehatan serius, yang menurut pengacaranya disebabkan oleh dua upaya peracunan oleh dinas keamanan FSB Rusia pada 2015 dan 2017.

Baca juga: Putin Selalu Menang, Kenapa Pilpres Rusia Masih Penting?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com