Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Bertemu NATO, Blinken: Masih Ada Kemungkinan Bantuan bagi Ukraina

Kompas.com - 30/01/2024, 06:29 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memperingatkan kemungkinan adanya keuntungan bagi Ukraina jika bantuan AS berkurang.

Hal itu diungkapkan Blinken ketika pimpinan North Atlantic Treaty Organization (NATO) berkunjung ke Washington Amerika Serikat pada Senin (29/1/2024).

Menurut Blinken, puluhan miliar dollar bantuan AS telah dikirim ke Ukraina sejak invasi pada Februari 2022.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Paus Sirip Terdampar di Selandia Baru | Bantuan AS ke Ukraina Berkurang

Akan tetapi, anggota parlemen dari Partai Republik semakin enggan untuk terus mendukung Ukraina, dengan mengatakan bahwa Ukraina tidak mempunyai tujuan akhir yang jelas seiring berlanjutnya pertempuran melawan pasukan Rusia.

Blinken juga memberikan gambaran yang makin buruk tentang prospek Ukraina tanpa persetujuan AS jika tak ada dana tambahan.

"Tanpa hal itu, sederhananya, segala sesuatu yang telah dicapai oleh Ukraina dan yang telah kami bantu untuk mencapainya akan berada dalam bahaya," kata Blinken pada konferensi pers bersama dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, dikutip dari AFP pada Selasa (30/1/2024) pagi.

"Jika tak ada dana tambahan itu, kita akan mengirimkan pesan pada semua musuh kita bahwa kita tidak serius dalam membela kebebasan, membela demokrasi," ujarnya.

Hal ini hanya akan memperkuat Vladimir Putin bahwa dia bisa hidup lebih lama dari Ukraina dan NATO.

Sebelumnya, Presiden Joe Biden telah meminta Kongres untuk menyetujui bantuan baru senilai $61 miliar ke Ukraina.

Namun, perundingan tersebut terhenti karena anggota parlemen dari Partai Republik yang marah atas tingginya arus migran yang melintasi perbatasan AS dengan Meksiko.

Mereka menuntut perubahan besar dalam kebijakan imigrasi dan pengawasan perbatasan dengan imbalan menyetujui lebih banyak dana untuk Ukraina.

Stoltenberg mengatakan, dia akan bertemu dengan anggota parlemen Amerika pada hari Selasa dan menyatakan bahwa dukungan untuk Ukraina adalah demi kepentingan keamanan NATO sendiri.

Baca juga: Zelensky: Berkurangnya Bantuan AS ke Ukraina Akan Jadi Pertanda Buruk

"Ini akan menjadi tragedi bagi warga Ukraina jika Presiden Putin menang, tetapi hal ini juga akan membuat dunia lebih berbahaya dan kita semua semakin tidak aman," terang Stoltenberg.

"Hal ini akan memberanikan para pemimpin otoriter lainnya tidak hanya Presiden Putin, tetapi juga Korea Utara, Iran, dan China untuk menggunakan kekuatannya," katanya lagi.

Para pejabat AS dan NATO mengakui kemajuan terbatas dalam serangan balasan yang dilancarkan Ukraina tahun lalu.

Namun, Stoltenberg mengatakan bahwa Ukraina dalam jangka panjang telah melampaui ekspektasi, dengan mengambil kembali separuh wilayah yang direbut oleh Rusia yang diperkirakan akan segera diambil alih.

"Gagasan bahwa membantu mereka tidak ada gunanya, tapi sebenarnya Ukraina telah membuktikan sebaliknya," kata Stoltenberg.

Stoltenberg sebelumnya bertemu di Pentagon dengan Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan perwira tinggi militer AS Jenderal Charles Brown dan kemudian di Gedung Putih dengan Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Biden.

Stoltenberg berkunjung setelah Turki memberikan lampu hijau yang telah lama ditunggu-tunggu bagi Swedia untuk bergabung dengan NATO.

Hongaria, yang dipimpin oleh tokoh nasionalis Viktor Orban, adalah negara yang masih bertahan, tetapi Blinken dan Stoltenberg mengharapkan adanya persetujuan dengan segera.

Stoltenberg mengatakan, Orban memberitahunya bahwa parlemen Hongaria akan berkumpul kembali pada akhir Februari.

Baca juga: Di Tepi Barat Pasukan Israel Dilempari Batu tapi Dibalas Tembakan, 5 Orang Tewas

"Saya berharap juga sejalan dengan apa yang dikatakannya bahwa parlemen akan menyelesaikan ratifikasi segera setelah itu," ungkap Stoltenberg.

Swedia dan Finlandia yang bergabung dengan NATO tahun lalu sempat ragu-ragu untuk bergabung dalam aliansi tersebut karena takut akan dimusuhi Rusia.

Namun, mereka berubah sikap setelah invasi ke Ukraina, yang gagal mendapatkan keanggotaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com