Kemungkinan besar tempat ini sebelumnya dikenal dengan nama lain. Tidak ada catatan nama kota ini dalam sumber-sumber sejarah pra-Islam.
Aksi pemberontakan militan oleh kelompok-kelompok yang memperjuangkan negara merdeka bagi masyarakat Baloch dimulai pada 1948.
Perlawanan ini muncul usai terjadinya pemisahan Kerajaan Hindia Britania pada 1947 yang kemudian mengarah pada pembentukan India, Pakistan, dan Bangladesh.
Sejak pemisahan itu, kelompok separatis ini bersikeras bahwa masyarakat Baloch ditinggalkan oleh pemerintah di Islamabad.
Mereka hanya mempunyai sedikit perwakilan di negara bagian Pakistan, meskipun area tersebut merupakan wilayah terbesar di negara tersebut.
Di sanalah, di bawah gurun pasir yang luas dan lebih dari dua dekade yang lalu, Islamabad melakukan enam uji coba senjata nuklir.
Tes itu menjadikan Pakistan sebagai negara ketujuh di dunia yang berhasil mengembangkan dan menguji senjata yang "paling mematikan" itu.
Uji coba tersebut dilakukan pada Mei 1998 di distrik Chagai (yang kemudian disebut Chagai-I), di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Nawaz Sharif.
Usai aksi itu muncul beragam kecaman dan sanksi internasional terhadap Pakistan.
“Kami tidak pernah ingin berpartisipasi dalam perlombaan nuklir ini,” kata Sharif saat itu, sambil menuduh bahwa dia telah meledakkan perangkat bawah tanah sebagai tanggapan atas uji coba nuklir India.
Baca juga: China Desak Iran-Pakistan Menahan Diri, Imbas Serangan Kedua Pihak
Iran mengeklaim serangannya pada Selasa (16/1/2024) lalu menargetkan kelompok "teroris" Jaish al Adl, kelompok separatis Baloch yang juga memperjuangkan kemerdekaan Sistan dan Balochistan di bagian wilayah Iran.
Teheran berkukuh bahwa kelompok milisi tersebut bersembunyi di wilayah Pakistan, namun Pakistan membantahnya.
Setelah memutus komunikasi diplomatik, pada Kamis (18/1/2024) Pakistan membalas serangan dengan menembakkan rudal ke wilayah Iran.
Mereka beralasan bahwa serangan itu ditujukan kepada dua kelompok milisi dan separatis Balochistan yang diduga bersembunyi di Iran.