Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Gaza Disebut Mirip Panci Presto, Warga Ingin Melarikan Diri

Kompas.com - 12/01/2024, 09:14 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

GAZA, KOMPAS.com - Kondisi Gaza bagian selatan semakin tak terkendali, bahkan disebut mirip panci presto.

Sebagian besar orang dihadapkan pada berkurangnya makanan, sanitasi air yang tidak memadai, kepadatan yang berlebihan dan layanan rumah sakit yang buruk.

Mereka bahkan dilaporkan ingin melarikan diri.

Baca juga: Maruf Amin Minta Arab Saudi Upayakan Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Wakil direktur badan PBB untuk Palestina Scott Anderson dari Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA), yang terlibat dalam perundingan harian untuk mendapatkan izin Israel bagi konvoi bantuan untuk masuk dan bergerak di sekitar Gaza, menjelaskan kondisi itu.

Dilansir dari Guardian, dia mengatakan bahwa Gaza selata berada dalam keadaan darurat penuh.

Bahkan, kondisi ini tetap mengkhawatirkan meskipun resolusi dewan keamanan PBB pada bulan Desember yang menyerukan peningkatan bantuan.

“Sebenarnya saya belum melihat perubahan apa pun dalam kenyataan di lapangan sejak disahkannya resolusi PBB tersebut. Tidak ada pengurangan jumlah pemeriksaan inspeksi Israel atau Mesir sejak resolusi tersebut disahkan,” katanya.

Anderson pertama kali bekerja untuk UNWRA pada tahun 2008 setelah 21 tahun bertugas di militer AS, berkantor di Rafah di bagian selatan Jalur Gaza, di mana dari atapnya ia dapat melihat lautan tenda darurat.

“Ada 280.000 orang di sini. Sekarang ada 1,4 juta. Sangat sulit bagi komunitas mana pun untuk menyerap orang sebanyak itu dalam waktu sesingkat itu. Dan katakanlah dengan baik, jaringan pembuangan limbah di Gaza bukanlah yang paling kuat sebelum konflik," ujarnya.

“Tentu saja kami khawatir. Kondisi Gaza seperti panci presto. Saya pikir jika ada kesempatan, sebagian besar orang akan mengungsi ke Mesir," tambahnya.

Baca juga: Israel Sebut 185 Tentaranya Tewas dalam Perang Lawan Hamas di Gaza

Pengungsian massal warga Palestina, katanya, berdampak besar pada ikatan masyarakat.

“Masyarakatnya sangat berbasis keluarga, atau hampir berbasis suku. Dinamika keluarga tersebut telah terputus, karena kini orang-orang berada di sekitar orang-orang yang belum pernah mereka dekati sebelumnya. Hal ini berdampak pada fungsi masyarakat itu," ujarnya.

Baca juga: Singgung Ukraina dan Gaza, Paus Fransiskus: Serangan ke Warga Sipil adalah Kejahatan Perang

“Kami harus memastikan bahwa kami memperhatikan masyarakat di Rafah dan mencukupi kebutuhan mereka," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com